Sukses

Beras Impor dan Panen Segera Tiba, Gabah Petani Dijamin Terserap

Harga beras premium, medium, dan kualitas rendah mengalami kenaikan di tingkat penggilingan.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan harga gabah di tingkat petani tidak bakal anjlok seiring masuknya beras impor dan musim panen di Februari 2018. Pasalnya, Perum Bulog akan menyerap harga gabah sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP). 
 
Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, harga beras premium, medium, dan kualitas rendah mengalami kenaikan di tingkat penggilingan masing-masing sebesar 4,96 persen, 6,83 persen, dan 5,20 persen pada Januari 2018 dibanding Desember 2017. 
 
 
"Harga beras premium di Januari ini Rp 10.350 per Kilogram (Kg), medium Rp 10.177 per kg, dan kualitas rendah Rp 9.793 per kg. Naiknya kan sudah tinggi," kata Kecuk di kantornya, Jakarta, Kamis (1/2/2018). 
 
Kenaikan ini mengikuti peningkatan harga Gabah Kering Giling (GKG) dan Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani dan penggilingan pada bulan pertama ini.
 
GKP dan GKG di tingkat petani masing-masing naik 8,42 persen dan 7,07 persen yakni menjadi Rp 5.415 per kg dan Rp 6.002 per kg di Januari 2018. 
 
Begitupun di tingkat penggilingan masing-masing naik 8,41 persen dan 7,21 persen menjadi Rp 5.508 per kg dan Rp 6.099 per kg. 
 
"Tapi beberapa hari terakhir ini ada daerah yang sudah panen, jadi harga gabah dan beras sudah mengalami penurunan. Sudah mulai stabil harganya di beberapa tempat," Kecuk menjelaskan. 
 
 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bulog Serap Beras Petani

Lebih jauh dia menerangkan, pemerintah sudah menugaskan Perum Bulog untuk melakukan impor beras khusus sebanyak 500 ribu ton dan menyerap harga gabah petani sesuai HPP yang ditetapkan. Dengan kedatangan beras impor dan masa panen yang jatuh pada Februari ini diharapkan harga gabah di tingkat petani tidak anjlok. 
 
"Bulog harus tetap mengintensifkan pasar, ditugaskan menyerap harga gabah supaya harganya tidak jatuh. Bulog ditugaskan membeli dengan harga itu (HPP), sehingga semua diharapkan baik-baik saja," tegas dia.  
 
Menurutnya, impor beras sebanyak 500 ribu ton tidak harus dilempar ke pasar seluruhnya. Beras impor tersebut, sambung Kecuk bisa menambah stok beras di gudang Bulog yang sudah semakin menipis, tinggal sekitar 875 ribu ton. 
 
"Impornya kan cuma 500 ribu, jadi bisa untuk nambahin stok, tidak harus dilempar ke pasar. Karena stok Bulog kemarin sudah tipis 875 ribu ton, itu sudah tipis," Kecuk berujar. 
 
Intinya, dia bilang, pemerintah ingin menstabilkan harga beras di level konsumen melalui kebijakan tersebut. Namun pemerintah juga ingin melindungi kepentingan petani dengan menugaskan Bulog membeli gabah petani pakai HPP. 
 
"Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman pangan naik, karena harga gabah naik. Kalah harga gabah tinggi akan menguntungkan petani. Tapi kan banyak petani yang beli beras juga, jadi idealnya ada keseimbangan harga, yakni di konsumen terjangkau dan harga gabah tidak jatuh di level petani sehingga menguntungkan kedua belah pihak," papar Kecuk.
 
Dari data BPS, NTP Tanaman Pangan naik 1,42 persen dari 102,89 di Desember 2017 menjadi 104,34 di periode Januari 2018. Sementara Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) di subsektor Tanaman Pangan pun mengalami kenaikan 1,62 persen dari 110,13 menjadi 111,92. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.