Sukses

Bebas dari Penjara, Kekayaan Pangeran Alwaleed Melonjak Rp 14,2 T

Setelah bebas, harta kekayaan Alwaleed justru meningkat tajam.

Liputan6.com, Riyadh - Miliarder yang juga orang terkaya di Arab Saudi Pangeran Alwaleed Bin Talal akhirnya bebas dari penjara. Pangeran yang memiliki harta berlimpah ini tidak lagi harus mendekam di balik jeruji besi setelah sebelumya ditangkap karena dugaan kasus korupsi.

Setelah bebas, harta kekayaan Alwaleed justru meningkat tajam. Dilaporkan CNNMoney, Rabu (31/1/2018), pangeran yang kerap bergaya flamboyan ini mendapat peningkatan harta sebesar US$ 1 miliar atau Rp 14,2 triliun.

Tambahan kekayaan tersebut didapat Alwaleed berkat saham perusahaan Kingdom Holding yang menguat. Saham Kingdom Holding naik 10 persen, terbesar sejak November 2014 dan mencapai batas maksimum yang diperbolehkan dalam sehari.

Tercatat, saham perusahaan naik menjadi 10,04 riyal pada Senin lalu. Sejak penutupan perdagangan di akhir pekan sebelumnya, saham Kingdom Holding sudah menguat sebanyak 12 persen.

Pangeran Alwaleed memiliki 59 persen saham Kingdom Holding, yang artinya nilai saham miliknya naik sekitar US$ 1 miliar dollar AS dalam dua hari. Meskipun demikian, belum jelas apakah pangeran sekaligus miliarder tersebut dapat tetap menyimpan kekayaannya. Sebab, syarat pembebasannya tidak diumumkan kepada publik.

Beberapa jam sebelum dibebaskan, Pangeran Alwaleed mengatakan bahwa ia tidak memiliki rencana untuk meninggalkan Arab Saudi. Lebih lanjut, ia juga menegaskan bahwa kepemilikannya terhadap saham Kingdom Holding tidak berubah dan bakal tetap memimpin Kingdom Holding Co usai penahanan dirinya.

"Jika kepemilikannya berubah dan saham miliknya berpindah tangan, perusahaan itu akan tetap dikelola dengan baik untuk memastikan harga sahamnya stabil," kata kepala riset Al Rajhi Capital, Mazen Al Saudairi.

Ratusan tersangka ditangkap atau sekedar dipanggil untuk diinterogasi, termasuk beberapa orang terkaya dan pangeran di negara tersebut. Pemerintah Arab Saudi berharap bisa menuai lebih dari US$ 100 miliar lewat penahanan tersebut, di mana sebagai imbalan atas kebebasan mereka.

Selain Kingdom, saham peritel pakaian Fawaz Abdulaziz Al Hokair & Co juga sempat melonjak setelah miliarder Fawaz Alhokair, sang pemilik dibebaskan dari penahanan. Saham perusahaan menguat sebanyak 8,1 persen, terbesar sejak November, sebelum kembali turun menjadi 6,6 persen.

Simak video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gurita bisnis di RI

Tak hanya di Timur Tengah, dia terus mengembangkan bisnisnya ke wilayah lain, salah satunya Indonesia.Seperti Liputan6.com merangkum dari beberapa sumber antara lain, Saudi Gazette dan situs Kingdom Holding Company, uang Pangeran Alwaleed di Indonesia banyak tertanam di sektor perhotelan dan keuangan.

Sebutlah, Hotel Raffles di Jakarta yang sempat ditempati rombongan Raja Salman saat mengunjungi Indonesia beberapa tahun lalu.

Hotel ini dikelola operator internasional Raffles Hotels & Resort Singapura yang sebagian sahamnya dimiliki Kingdom Hotel Investments (KHI), anak usaha dari Kingdom Holding Company (KHC) yang didirikan Pangeran Alwaleed.

Investasi lainnya, Four Seasons Resort Bali di Sayan, Four Seasons Resort Bali di Jimbaran Bay dan Raffles Hotel Bali di Jimbaran.Sementara di sektor keuangan, investasi KHC di Indonesia melalui Kingdom Holding di sektor keuangan adalah melalui Citigroup.

Saat kunjungannya ke Indonesia pada Mei 2016, kepada Presiden Joko Widodo, Pangeran Alwaleed yang mewakili pemerintah Arab Saudi juga menyampaikan komitmen investasi ke Indonesia, antara lain pembangunan kilang minyak dan infrastruktur.

3 dari 3 halaman

Reformasi dalam Kerajaan

Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz mengambil keputusan penting terkait reformasi dalam kerajaan. Pada Sabtu 4 November 2017, Raja Salman memecat sejumlah petinggi kerajaan, di antaranya seorang pangeran yang menjadi kepala National Guard.

Tak hanya itu, sang raja juga memecat menteri ekonomi dan mengumumkan komite baru khusus anti-korupsi.Raja Salman kemudian menunjuk Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman sebagai kepala komite khusus anti-korupsi tersebut.

Al-Arabiya news channel juga melaporkan, 11 pangeran dan puluhan mantan menteri ditahan. Langkah itu diambil pasca-temuan dari lembaga anti-korupsi baru tersebut.

Mengutip dari Associated Press, dewan ulama tertinggi kerajaan mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa ini adalah kewajiban Islam untuk memerangi korupsi - yang pada dasarnya memberi dukungan religius kepada penangkapan sejumlah petinggi kerajaan.

Pemerintah mengatakan bahwa komite anti-korupsi memiliki hak untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan, memberlakukan pembatasan perjalanan dan membekukan rekening bank.Komite juga dapat melacak dana, mencegah transfer dana atau likuidasi aset dan melakukan tindakan pencegahan lainnya sampai kasus diajukan ke pengadilan.

Perintah kerajaan tersebut mengatakan bahwa komite tersebut dibentuk karena, "Kecenderungan beberapa orang untuk melakukan penyalahgunaan kekuasaan, meletakkan kepentingan pribadi mereka di atas kepentingan publik, dan mencuri dana publik."Warga Arab Saudi telah lama mengeluhkan korupsi yang merajalela di pemerintahan dan dana publik yang disia-siakan atau disalahgunakan oleh orang-orang yang berkuasa.

Putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman berusia 32 tahun itu telah berusaha menarik investasi internasional yang lebih besar dan memperbaiki reputasi negara tersebut sebagai tempat berbisnis.Upaya ini adalah bagian dari usaha yang lebih besar bagi Arab Saudi untuk melakukan diversifikasi ekonomi dari ketergantungan pada pendapatan minyak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.