Sukses

IHSG Anjlok 105 Poin Imbas Aksi Jual Investor Asing Rp 1,2 T

10 sektor saham melemah dan aksi jual investor asing menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah bertahan di zona merah pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Tekanan IHSG itu terjadi usai cetak rekor sejak Jumat pekan lalu.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (30/1/2018), IHSG melemah 105,12 poin atau 1,57 persen ke posisi 6.575,49. Indeks saham LQ45 tergelincir 2,04 persen ke posisi 1.103,43. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Ada sebanyak 280 saham melemah sehingga menekan IHSG. 98 saham menguat dan 101 saham diam di tempat. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 430.896 kali dengan volume perdaganan 11,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 10,1 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 1,2 triliun di seluruh pasar. Posisi dolar AS berada di kisaran Rp 13.424.

Secara sektoral, 10 sektor saham kompak melemah. Sektor saham aneka industri turun 2,36 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 2,25 persen dan sektor saham barang konsumsi melemah 2,14 persen.

Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham SMMT naik 20,47 persen ke posisi Rp 206, saham TAXI melonjak 12 persen ke posisi Rp 56, dan saham AGRO naik 10 persen ke posisi Rp 605 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham LEAD susut 9,09 persen ke posisi Rp 110, saham ELSA tergelincir 6,99 persen ke posisi Rp 426, dan saham ENRG merosot 5,99 persen ke posisi Rp 157.

Bursa saham Asia pun kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,09 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 1,17 persen, indeks saham Jepang Nikkei melemah 1,43 persen.

Sementara itu, indeks saham Shanghai melemah 0,99 persen, indeks saham Singapura turun 0,79 persen dan indkes saham Taiwan merosot 1,29 persen. Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, IHSG melemah tajam masih wajar. IHSG tertekan itu, menurut Aditya didorong ada kekhawatiran investor terhadap kenaikan imbal hasil surat utang atau obligasi di Amerika Serikat (AS). Selain itu, bank sentral AS atau the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2018.

"Kekhawatiran yield obligasi naik gerus untung di saham," ujar Aditya saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, investor asing domestik melakukan aksi jual juga menekan IHSG. Meski demikian dari faktor internal belum ada pengaruh signifikan yang tekan IHSG. Selain itu, nilai tukar rupiah sentuh 13.400 per dolar AS juga sedikit pengaruhi IHSG. "Posisi 13.400 karena ada capital outflow kekhawatiran suku bunga di AS naik. Pelemahan rupiah dalam satu hari ini harus diwaspadai," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

IHSG Turun 106 Poin pada Sesi I

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu melanjutkan penguatan. Bahkan, IHSG melemah tajam pada sesi pertama perdagangan saham Selasa pekan ini.

Pada penutupan sesi I, Selasa 30 Januari 2018, IHSG merosot 106,20 poin atau 1,59 persen ke posisi 6.574,41. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,92 persen ke posisi 1.104,72. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

Ada sekitar 287 saham tertekan sehingga menekan IHSG. Sementara itu, 88 saham menguat dan 85 saham diam di tempat. Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.675,76 dan terendah 6.547,41.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 271.782 kali dengan volume perdagangan saham 8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,4 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 430,59 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 13.404.

Secara sektoral, 10 sektor saham tertekan. Sektor saham tambang melemah 2,79 persen, dan memimpin pelemahan IHSG. Disusul sektor saham barang konsumsi tergelincir 2,02 persen dan sektor saham manufaktur susut 1,95 persen.

Saham-saham yang mencatatkan top gainers pada sesi pertama antara lain saham SMMT naik 27,49 persen ke posisi Rp 218, saham TAXI melonjak 20 persen ke posisi Rp 60, dan saham BTPN menanjak 19,33 persen. Penguatan saham BTPN ini terjadi sejak Senin kemarin seiring kabar BTPN akan merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia.

Saham-saham yang tertekan antara lain saham LEAD susut 9,09 persen ke posisi Rp 110, saham KBLI tergelincir 7,29 persen ke posisi Rp 496, dan saham ENRG melemah 7,19 persen ke posisi Rp 155.

Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,98 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 1,03 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 1,44 persen, indeks saham Shanghai turun 0,55 persen. Diikuti indeks saham Singapura melemah 0,56 persen dan indeks saham Taiwan merosot 1,19 persen

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.