Sukses

Dianggap Kelas Dua, Menaker Akan Rebranding Balai Latihan Kerja

Masyarakat dianggap masih memandang sebelah mata kehadiran BLK, yang dianggap sebagai program kelas dua.

Liputan6.com, Jakarta Demi mempersiapkan calon tenaga kerja yang bisa mengikuti perkembangan teknologi dan industri, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menyiapkan Balai Latihan Kerja (BLK).

Namun begitu, masyarakat dianggap masih memandang sebelah mata kehadiran BLK, yang dianggap sebagai program kelas dua.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mengungkapkan, pemerintah akan melakukan rebranding terhadap kehadiran BLK.

Rencana itu sejalan dengan program 3R yang diterapkan Kemenaker, yaitu reorientasi, revitalisasi, dan rebranding.

"Kita tidak hanya fokus kepada perbaikan akses dan mutu pelatihan kerja, tapi juga soal kesan dan impresi masyarakat terhadap BLK," ujar dia di Hotel Bidakara di Jakarta, Selasa (30/1/2018).

"Kita yakinkan masyarakat, bahwa BLK bukan second class, tapi mengikuti kebutuhan industri," ucap dia.

Melalui BLK, Menaker juga hendak fokus kepada masifikasi pelatihan kerja dan sertifikasi profesi. "Kita mau memenuhi semua kebutuhan industri, semua pelatihan kerja ada di sana," ujar dia.

Berbicara mengenai pengembangan sumber daya manusia (SDM), Hanif menjelaskan, Kemenaker akan berfokus kepada tiga hal, yaitu kualitas, kuantitas, dan lokasi.

Terkait kualitas, dia berharap agar pemerintah berani membuat prioritas kepada satu sektor industri, agar dapat mempersiapkan SDM yang ada dengan lebih optimal.

"Kalau kemampuan kita terbatas, kita harus berani membuat prioritas, fokusnya. Jika kita mau fokus di pariwisata, ya sudah, kita genjot SDM-nya di sektor pariwisata," sebutnya.

Dia menambahkan, untuk ikut melibatkan pihak lain dalam program BLK di luar pemerintah, swasta juga harus digandeng dengan baik.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menaker Hanif: Perubahan Industri Ciptakan Pekerjaan Baru

Kehadiran era ekonomi digital saat ini secara langsung turut mempengaruhi banyak hal dalam persoalan ketenagakerjaan. Hal tersebut juga menjadi perhatian utama Kementerian Ketenagakerjaan, yang mempersiapkan calon tenaga kerja dalam menghadapi transformasi industri.

Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri mengatakan, pihaknya akan coba mengubah sektor industri dalam menghadapi perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat dan masif.

"Industri kita, suka tidak suka, akan bertranformasi dari industri konvensional menjadi industri model baru, yang berbasis pada teknologi dan digitalisasi. Kita, mau tidak mau, harus bersiap untuk perubahan industri," ujar dia di Auditorium Binakarna Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (30/1/2018).

Pada awalnya, Hanif menilai, perkembangan teknologi industri tersebut akan memunculkan dua gejala di tengah masyarakat, yakni business shock dan man power shock.

"Perkembangan teknologi ini menghadirkan business shock, di mana beberapa perusahaan tidak siap akan itu, tidak bisa survive, jadinya bisa bangkrut dan tutup," ujar dia.

"Ada juga man power shock, atau guncangan ketenagakerjaan. Industri bisa bertahan dengan melakukan penyesuaian terhadap perkembangan teknologi informasi yang massif itu, tapi dengan melakukan PHK besar-besaran, PHK massal, yang akan menimbulkan guncangan," ucap dia.

Memunculkan Pekerjaan Baru

Selain itu, perkembangan teknologi yang mempengaruhi dunia industri tersebut juga akan mengubah karakter pekerjaan. Hanif menyebutkan, beberapa lapangan pekerjaan saat ini akan hilang tertelan perubahan zaman tersebut.

"Dia (perkembangan teknologi) juga akan membunuh pekerjaan di masa sekarang, dan akan menciptakan pekerjaan baru yang akan tumbuh ke depan," ujar dia.

Menanggapi hal tersebut, Hanif menyatakan optimismenya dalam menyambut tantangan zaman, dengan memastikan banyak pekerjaan baru yang juga akan lahir saat transformasi industri.

"Reformasi industri 1 memperlihatkan, manusia bisa bertahan dengan adanya perkembangan teknologi. Kita harus tetap optimistis, biar pun pekerjaan lama hilang, pasti akan ada pekerjaan baru lainnya," tutur dia.

"Oleh karena itu, transformasi industri begitu penting agar perubahan-perubahan industri itu bisa di-manage, dikelola dengan baik. Skills dan kompetensi manusia kita juga harus bisa mengikuti itu," pungkas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.