Sukses

Menaker Hanif: Perubahan Industri Ciptakan Pekerjaan Baru

Kementerian Ketenagakerjaan sedang mempersiapkan calon tenaga kerja untuk menghadapi transformasi industri.

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran era ekonomi digital saat ini secara langsung turut memengaruhi banyak hal dalam persoalan ketenagakerjaan. Hal tersebut juga menjadi perhatian utama dari Kementerian Ketenagakerjaan, yang mempersiapkan calon tenaga kerja dalam menghadapi transformasi industri.

Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri mengatakan, pihaknya akan coba mengubah sektor industri dalam menghadapi perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat dan masif.

"Industri kita, suka tidak suka, akan bertranformasi dari industri konvensional menjadi industri model baru, yang berbasis pada teknologi dan digitalisasi. Kita, mau tidak mau, harus bersiap untuk perubahan industri," ujar dia di Auditorium Binakarna Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (30/1/2018).

Pada awalnya, Hanif menilai, perkembangan teknologi industri tersebut akan memunculkan dua gejala di tengah masyarakat, yakni business shock dan man power shock.

"Perkembangan teknologi ini menghadirkan business shock, di mana beberapa perusahaan tidak siap akan itu, tidak bisa survive, jadinya bisa bangkrut dan tutup," ujar dia.

"Ada juga man power shock, atau guncangan ketenagakeriaan. Industri bisa bertahan dengan melakukan penyesuaian terhadap perkembangan teknologi informasi yang massif itu, tapi dengan melakukan PHK besar-besaran, PHK massal, yang akan menimbulkan guncangan," tambah dia.

Memunculkan Pekerjaan Baru

Selain itu, perkembangan teknologi yang memengaruhi dunia industri tersebut juga akan mengubah karakter pekerjaan. Hanif menyebutkan, beberapa lapangan pekerjaan saat ini akan hilang tertelan perubahan zaman tersebut.

"Dia (perkembangan teknologi) juga akan membunuh pekerjaan di masa sekarang. Dan, akan menciptakan pekerjaan baru yang akan tumbuh ke depan," ujar dia.

Menanggapi hal tersebut, Hanif menyatakan optimismenya dalam menyambut tantangan zaman, dengan memastikan banyak pekerjaan baru yang juga akan lahir saat transformasi industri.

"Reformasi industri 1 memperlihatkan, manusia bisa bertahan dengan adanya perkembangan teknologi. Kita harus tetap optimistis, biar pun pekerjaan lama hilang, pasti akan ada pekerjaan baru lainnya," tutur dia.

"Oleh karena itu, transformasi industri begitu penting, agar perubahan-perubahan industri itu bisa di-manage, dikelola dengan baik. Skills dan kompetensi manusia kita juga harus bisa mengikuti itu," pungkas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

RI Butuh Tenaga Kerja Andal

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, saat ini dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 yang dikaitkan dengan era digital. Pemerintah dan pelaku usaha tidak mampu mengelak, tapi bersiap menghadapinya dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM).

"Sekarang sudah revolusi industri 4.0. Apa pun kita harus mencermati ini, tidak bisa kita menghindarinya," tegas Darmin saat Seminar Nasional Outlook Industri 2018 di Hotel Borobudur, Jakarta, 11 Desember 2017.

Dia menuturkan, kehadiran marketplace atau e-commerce lebih banyak menjual produk impor. "Dalam era digital, kita harus cermat dan memilih apa yang bisa kita unggulkan karena produk yang kita hasilkan bukan yang teknologinya tinggi," tutur mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu.

Pemerintah ingin mengembangkan bisnis online atau e-commerce di Indonesia. Salah satunya dengan meningkatkan kemampuan dan keahlian sumber daya manusia melalui pendidikan vokasional.

"Dalam rangka pengembangan e-commerce, ada satu faktor yang sangat krusial, yakni kapasitas sumber daya manusia. Kami sudah punya programnya, tapi mewujudkan ini dalam skala besar susahnya bukan main," Darmin menerangkan.

Saat ini, dia bilang, ada industri yang tidak bisa berkembang dengan baik di tengah perkembangan era digital. Salah satunya industri padat karya, seperti tekstil dan garmen, yang diakui Darmin kalah dari Vietnam.

"Itu karena industri tekstil dan garmen kita belum pernah mengganti mesin-mesin secara sistematik. Ini hal yang perlu kita cermati betul, termasuk soal ketenagakerjaan, di mana undang-undangnya terus menimbulkan pro dan kontra," pungkas Darmin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.