Sukses

Tolak Bayar Denda, Miliarder Arab Saudi Masuk Bui dan Dipukuli

Miliarder ini sering dipukuli dan digantung terbalik oleh petugas lapas. Ini dilakukan agar ia menuruti permintaan pemerintah Arab Saudi.

Liputan6.com, Riyadh - Miliarder terkaya Arab Saudi Pangeran Alwaleed bin Talal harus menerima perlakuan tidak mengenakkan. Setelah ditangkap pada November lalu, kini taipan tersebut harus mendekam di penjara akibat menolak untuk membayar denda pembebasan senilai 728 juta pound sterling atau Rp 12,5 triliun.

Tak hanya itu, pangeran yang kerap memamerkan gaya hidup mewahnya ini pun dilaporkan sering mendapat baku hantam oleh para petugas lapas tempat ia tinggal. Ia bahkan sering digantung terbalik sebagai upaya pemerintah setempat memaksa tahanan menuruti perintahnya.

Media setempat melaporkan, setelah ditangkap dan ditahan di hotel mewah Ritz Carlton, miliarder Alwaleed dipindahkan ke penjara dengan keamanan super ketat. Penjara yang dinamakan Al-Ha'ir tersebut terletak di selatan kota Riyadh, Arab Saudi.

Selama di Ritz Carlton, beberapa tahanan Arab Saudi dilepaskan karena telah setuju untuk menuruti permintaan dan membayar uang denda yang diajukan pemerintah. Namun express.co.uk pada Rabu (17/1/2018) melaporkan, hal ini tidaklah dilakukan Alwaleed. Miliarder tersebut menolak menuruti syarat bebas yang ditetapkan.

Penjara Al-Ha'ir merupakan fasilitas keamanan dengan tingkat penjagaan paling tinggi di Arab Saudi. Sebanyak 60 orang dilaporkan telah dipindahkan ke sana.

Sebenarnya, jumlah uang yang denda yang ditetapkan oleh Pemerintah Arab Saudi telah berkurang dari sebelumnya. Pada Desember lalu, Pangeran Alwaleed dilaporkan harus membayar uang tebusan US$ 6 miliar atau Rp 81 triliun untuk bebas.

Dilaporkan Wall Street Journal, pria 62 tahun ini masuk dalam deretan tahanan yang diminta uang tebusan dengan nominal paling tinggi. Alwaleed juga dilaporkan sedang melakukan pembicaraan lebih lanjut dengan pihak berwenang tentang uang tebusan yang harus ia bayar.

Rencananya, ia juga diminta untuk memberikan sebagian saham dari perusahaan raksasanya, Kingdom Holding Co, sebagai jaminan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gurita bisnis Pangeran Alwaleed

Pemerintah Arab Saudi menangkap beberapa pangeran dan menterinya terkait tudingan korupsi. Salah satunya, miliarder dunia yang juga orang terkaya di Timur Tengah Pangeran Alwaleed bin Talal.

Sepak terjang Pangeran Alwaleed di dunia bisnis sudah tak diragukan. Pada November 2016, majalah Forbes memasukkan Alwaleed dalam peringkat ke-45 sebagai orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai US$ 18,7 miliar atau setara Rp 252,41 triliun.

Meski data terakhir Forbes, pada Minggu 5 November 2017, kekayaan Pangeran Alwaleed turun menjadi US$ 17 miliar atau setara Rp 229,4 triliun. Posisinya juga turun ke-71.

Tak hanya di Timur Tengah, dia terus mengembangkan bisnisnya ke wilayah lain, salah satunya Indonesia.

Seperti Liputan6.com merangkum dari beberapa sumber antara lain, Saudi Gazette dan situs Kingdom Holding Company, Senin 6 November 2017, uang Pangeran Alwaleed di Indonesia banyak tertanam di sektor perhotelan dan keuangan.

Sebutlah, Hotel Raffles di Jakarta yang sempat ditempati rombongan Raja Salman saat mengunjungi Indonesia pada tahun lalu.

Hotel ini dikelola operator internasional Raffles Hotels & Resort Singapura yang sebagian sahamnya dimiliki Kingdom Hotel Investments (KHI), anak usaha dari Kingdom Holding Company (KHC) yang didirikan Pangeran Alwaleed.

Investasi lainnya, Four Seasons Resort Bali di Sayan, Four Seasons Resort Bali di Jimbaran Bay dan Raffles Hotel Bali di Jimbaran.

Sementara di sektor keuangan, investasi KHC di Indonesia melalui Kingdom Holding di sektor keuangan adalah melalui Citigroup.

Saat kunjungannya ke Indonesia pada Mei 2016, kepada Presiden Joko Widodo, Pangeran Alwaleed yang mewakili pemerintah Arab Saudi juga menyampaikan komitmen investasi ke Indonesia, antara lain pembangunan kilang minyak dan infrastruktur.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.