Sukses

Quicksilver Akuisisi Billabong Senilai Rp 2,09 Triliun

Perusahaan yang tengah bersusah payah untuk bisa kembali eksis di pasaran tersebut akhirnya menerima pinangan Oaktree Capital Management.

Liputan6.com, Queensland - Merek pakaian surfing asal Australia Billabong telah diakuisisi oleh perusahaan pakaian yang menjadi rivalnya, Quicksilver. Kesepakatan akuisisi itu disetujui setelah kedua pihak menandatangani perjanjian senilai 198 juta dolar Australia atau setara Rp 2,09 triliun (asumsi kurs Rp 10.562 per dolar Australia).

Kesepakatan ini mendapat rekomendasi dari jajaran Direksi Billabong. Perusahaan yang tengah bersusah payah untuk bisa kembali eksis di pasaran tersebut akhirnya menerima pinangan Oaktree Capital Management, perusahaan induk yang menaungi Quicksilver.

Sebelum diakuisisi, Billabong sempat memiliki program ambisius untuk mengekspansi lini pakaiannya. Sayang, hal itu tidak lagi bisa berjalan karena tersandung masalah utang dan pendanaan.

Direktur Billabong Ian Pollard mengatakan, perusahaan pimpinannya memang sudah membuat kemajuan dalam beberapa waktu terakhir. Akan tetapi, hal itu masih sering terganjal banyak tantangan dan ketidakpastian.

"Dewan menyadari fakta bahwa dengan tidak adanya skema tersebut, pemegang saham Billabong akan menghadap risiko dan ketidakpastian yang terus berlanjut pada bisnis ini,” kata Ian, seperti dilansir dari The Guardian, Sabtu (6/1/2018).

Oaktree juga pernah menolong Billabong dengan suntikan dana pada 2013, tapi langkah ini tidak bisa membawa perusahaan tersebut semakin membaik. Tahun lalu, Billabong membukukan kerugian pasca-pajak sebesar 77,1 juta dolar Australia.

Pertumbuhan perusahaan yang stagnan dan persaingan makin ketat dari perusahaan ritel yang sama makin membuat Billabong terpuruk. Oaktree Capital Management memegang 19 persen saham Billabong dan merupakan salah satu dari dua investor senior.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Meredith Corp Akuisisi Time

Sebelumnya, Perusahaan media asal Amerika Serikat Meredith Corp mengakuisisi Time dalam kesepakatan bernilai US$ 1,84 miliar atau Rp 24,8 triliun. Akuisisi ini didukung duo miliarder Charles dan David Koch.

Kesepakatan ini menjadi pencapaian sendiri bagi Meredith yang sebelumnya gagal untuk mengakuisisi Time pada 2013 dan awal tahun ini. Akuisisi ini juga akan memberikan suplai berita, serta kabar mengenai bisnis dan olahraga kepada Des Moines, perusahaan media asal Iowa.

Dilaporkan Reuters, Selasa 28 November 2017 jika digabungkan, Meredith dan Time akan memiliki pembaca sebanyak 135 juta orang dan sirkulasi berbayar sebanyak 60 juta.

Kesepakatan ini juga akan memperluas jangkauan Meredith dengan pembaca milenial serta membuat bisnis media digital dengan 170 juta pengunjung.

Sementara itu, dua bersaudara Koch adalah orang terkaya di dunia yang meraup kekayaan lewat Koch Industries. Kerajaan bisnisnya mencakup berbagai industri yang memproduksi produk seperti handuk kertas Brawny, Dixie Cups, dan Lycra.

Koch Equity Development, pemegang ekuitas swasta dari Koch brothers, setuju untuk menawarkan Meredith US$ 650 juta saham preferen untuk mendanai akuisisi Time.

Meredith mengatakan unit Koch tidak akan memiliki kursi di dewan Meredith dan tidak akan berpengaruh pada operasi editorial atau manajerial perusahaan nantinya.

Sebelum membantu akuisisi Time, Koch bersaudara juga pernah mengungkapkan ketertarikan untuk membeli perusahaan media lain, seperti Los Angeles Times dan Chicago Tribune di 2013.

Pihak Meredith mengatakan, kesepakatan itu akan selesai dalam tiga bulan pertama 2018. Nilai kesepakatan Time termasuk utang berada di angka US$ 2,8 miliar.

Meredith juga menjelaskan bahwa penghematan biaya diantisipasi dengan menghilangkan tumpang tindih di dua perusahaan sebesar US$ 400 juta-500 juta dalam dua tahun pertama operasi.

Meredith menambahkan, pihaknya akan meluncurkan tender untuk mengakuisisi saham Time seharga US$ 18,5 secara tunai.

"Kami menambahkan kemampuan pembuatan konten dari beberapa merek nasional terkuat industri media ke bisnis televisi lokal yang hebat. Nantinya ini akan mampu menghasilkan pendapatan rekaman, menawarkan pemasangan iklan dan pemasaran kepada orang dewasa Amerika," kata Kepala Eksekutif Meredith Stephen Lacy dalam siaran persnya.

Meredith mengatakan akan terus membayar dividen tahunannya sebesar US$ 2,08 per saham, dan mengharapkan kenaikan dividen tahunan yang terus berlanjut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.