Sukses

5 Jurusan Sekolah Kejuruan Paling Diminati di Indonesia

Indeks kompetitif vokasi Indonesia berada di urutan 13 dari 27 negara yang masuk kategori negara berpendapatan menengah.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan, pemerintah harus menyiapkan tenaga kerja terampil yang dibekali dengan keahlian digital dalam rangka menghadapi revolusi industri ke 4.0 atau digitalisasi industri. Salah satunya melalui kebijakan pendidikan dan pelatihan vokasi bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

"‎Kita sedang dihadapkan pada industri 4.0. Periode ini sangat krusial dan menarik karena ekonomi digital sudah bergerak, dan kita harus mengadop revolusi industri ini," ucap Darmin saat Peluncuran Buku Kebijakan Vokasi Indonesia, Jakarta, Kamis (21/12/2017).

Dalam menghadapi‎ era ini, Darmin menjelaskan, pemerintah membuat kebijakan pendidikan dan pelatihan vokasi sesuai kebutuhan industri. Upaya ini sudah dilakukan sejak 1,5 tahun sampai saat ini.

"Pada 2016, ada 144 kompetensi keahlian SMK di Indonesia. Dari jumlah itu, ada 5 jurusan dengan siswa terbanyak," ujar Mantan Gubernur Bank Indonesia itu.

‎Ke-5 jurusan ini, disebutkan Darmin, jurusan teknik komputer dan jaringan sebanyak lebih dari 587 ribu murid, jurusan akuntansi sebanyak 430 ribu siswa, administrasi perkantoran lebih dari 428 ribu murid, jurusan teknik sepeda motor sebanyak 270 ribu murid, dan teknis kendaraan ringan dengan lebih dari 574 ribu siswa.

"Jurusan administrasi perkantoran yang paling tidak jelas. Kontribusi dari mereka 54,9 persen dari total jumlah siswa SMK di Indonesia," paparnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Indeks Kompetitif

‎Lembaga penelitian internasional, kata Darmin, menyebut indeks kompetitif vokasi Indonesia berada di urutan 13 dari 27 negara yang masuk kategori negara berpendapatan menengah. Pendidikan vokasi di Indonesia termasuk yang baik dari negara-negara yang sejajar dengan Indonesia.

"Namun setelah dilihat lebih detail di lapangan, ada balai latihan kerja yang bagus dan ada yang tidak. Kecenderungan orang menganggap pendidikan vokasi di Indonesia tidak jelas‎. Mayoritas yang ikut kursus di balai latihan, tamatan SMK karena disuruh kursus lagi oleh perusahaan tempatnya bekerja untuk mempertajam kompetensi mereka," terang Darmin.

Indonesia, sambungnya, tengah fokus mengembangkan beberapa area besar yang dapat menambah lapangan kerja, yakni sektor agribisnis (pertanian, perkebunan), pariwisata, pelayanan kesehatan, dan perdagangan online (e-commerce).

‎"Kita harus punya lulusan SMK yang memiliki kompetensi handal. Kalau tidak, kita tidak bisa menjawab tantangan karena lapangan kerja pasti ada menyusutnya sebagai ‎ancaman teknologi digital," terang Darmin.

Menurutnya, ada 500 ribu orang lulusan SMK per tahun yang harus dibekali. Utamanya digital mindset, di mana ‎e-commerce tidak menjadi hambatan perdagangan, tapi justru mendorong Indonesia aktif di perdagangan global. "Seluruh lulusan SMK perlu terbentuk digital mindset, supaya sebagian besar dari mereka menjadi entrepreneur," harap Darmin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.