Sukses

Warga Korea Selatan Makin Gandrungi Bitcoin

Pemerintah Korea Selatan bahkan membentuan satuan tugas khusus untuk hadapi mata uang digital mengingat warga makin gandrungi bitcoin.

Liputan6.com, Seoul - Di tengah hiruk pikuk bitcoin, ada satu negara yang warganya makin menggandrungi transaksi bitcoin dan penasaran dengan nilai bitcoin.

Di Korea Selatan, siswa memeriksa nilai bitcoin di tengah waktu belajar di kelas. Karyawan juga memperdagangkan bitcoin saat antre beli kopi. Bahkan kakek nenek juga memainkan bitcoin di rumah.

Mata uang digital atau virtual terpinggirkan di negara lain. Akan tetapi, di Korea Selatan, bitcoin sudah seperti mata uang biasa lainnya. Negara tersebut memiliki bursa bitroin ketiga terbesar di dunia. Korea Selatan menyumbang 20 persen dari transaksi perdagangan bitcoin di seluruh dunia.

"Pertama itu hanya disukai orang-orang suka teknologi. Kini secara harfiah semua orang tertarik pada bitcoin," ujar Isaac Chung, Mahasiwa yang telah hasilkan ribuan dolar untuk perdagangan mata uang digital, seperti dikutip dari laman CNN Money, Rabu (13/12/2017).

Lantaran masyarakat Korea Selatan makin tertarik bitcoin membuat mereka membayar premi 15 persen-25 persen dari harga global. Investor mapan bahkan bersedia bayar harga lebih tinggi dengan harapan bitcoin terus alami kenaikan. Bitcoin sudah naik 1.500 persen sepanjang 2017. Bahkan nilai bitcoin sentuh posisi US$ 17.000.

"Mereka melihatnya sebagai judi dalam sejumlah padangan. Mereka coba hasilkan lebih banyak uang dengan perdagangan bitcoin," ujar Kim Duyoung, Manajer Perusahaan Bitcoin Coinplug.

Bursa bitcoin Bithumb bahkan membuka transaksi online. Mereka memberikan transaksi perdagangan virtual dengan lebih mudah. Im Mi-ae, seorang perempuan paruh baya baru-baru ini belajar menggunakan transaksi perdagangan online.

"Saya mulai sebulan yang lalu. Saya memiliki seseorang yang saya kenal dan mengatakan kalau ini bagus. Saya harus mencobanya. Karena itu saya melakukannya," ujar dia.

Dengan banyaknya investor kecil yang masuk, pihak berwenang semakin khawatir akan dampak potensi bila nilai bitcoin jatuh. Pemerintah Korea Selatan mengatakan, pihaknya membentuk satuan tugas khusus untuk mempelajari mata uang digital.

Selain itu juga satuan ini mengkaji apakah ada pemalsuan keuntungan dari transaksi mata uang virtual. Serta melarang beberapa aktivitas terkait mata uang digital.

Terlebih lagi, Pemerintah Korea Selatan takut mata uang virtual sebagai senjata Korea Utara untuk pasar keuangan. Caranya mudah mencuri mata uang digital dan sebagai pencucian uang. Seperti diketahui hacker Korea Utara secara agresif menargetkan pertukaran mata uang virtual di masa depan.

Meski ada kekhawatiran, Chung yakin nilai bitcoin masih melonjak. Dia prediksi akan ada lebih banyak kesempatan untuk dapatkan keuntungan dari pergerakan bitcoin. "Ada begitu banyak ketakutan dan keserakahan yang terjadi pada saat bersamaan," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sebab Nilai Bitcoin Melambung

Mata uang virtual bitcoin terus menjadi perbincangan di pasar keuangan dunia. Apalagi nilai tukar bitcoin terus melambung mencapai ratusan juta rupiah.

Sebenarnya apa penyebab nilai tukar bitcoin terus melambung?

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, berpendapat, tingginya nilai bitcoin karena masyarakat mulai mencari alternatif lain dalam investasi.

"Bitcoin bisa tumbuh dan harganya naik terus karena ada trust. Nah trust ini harganya mahal. Kalau kita lihat dolar AS sekarang ini cenderung unpredictable-lah nilainya. Jadi orang mencari alternatif lain dalam investasi," ujar dia di Jakarta, Selasa pekan ini.

Dia melanjutkan, bitcoin menjadi berharga karena jumlahnya yang relatif terbatas. Hal tersebut berbeda dengan mata uang yang jumlahnya tidak terbatas karena bisa dicetak lagi oleh bank sentral.

"Bitcoin ini kalau kita lihat dengan metode algoritma itu kan dengan jumlah tertentu. Dia tidak akan unlimited, sedangkan negara-negara lain kita lihat cetak uang terus-menerus sehingga nilainya menjadi tidak menentu," jelas dia.

Lebih lanjut, Aviliani mengatakan, ke depan bitcoin ini tetap mesti diatur. Hal ini untuk mengantasipasi adanya ketidakpercayaan pada bitcoin.

"Menurut saya, tetap saja harus ada kajian terkait bitcoin ini, walaupun tidak sekarang. Karena pada akhirnya muncul untrust dengan mereka-mereka yang membuat bitcoin ini," ujar dia.

Perihal pihak yang mengatur, menurutnya, lebih baik diatur Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

"Menurut saya cenderung sektor keuangan terutama OJK dan BI terutama di NPG-nya kan. Sedangkan dari sisi e-commerce-nya mungkin lebih mengatur pada mekanisme apa ya, sekarang ini kan keluar uang masuk aja enggak bisa kan. Aturan itu tidak atau belum ada. Mau tidak mau melibatkan Kominfo karena ini kan virtual ya," tukas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.