Sukses

80.308 Peserta Mendaftar CPNS di Kementerian Pertanian

Kebijakan pembangunan pertanian berdampak pada tingginya minat generasi muda ke sektor pertanian.

Liputan6.com, Jakarta Peserta yang mendaftar tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) 2017 periode II tahun 2017 ke Kementerian Pertanian mencapai 80.308 peserta.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementan, Suwandi menyebutkan kebijakan pembangunan pertanian berdampak pada tingginya minat generasi muda ke sektor pertanian.

Beberapa indikasinya banyak pemuda giat bertanam jagung, mendaftar di STPP, fakultas pertanian serta mendaftar CPNS. “Padahal formasinya hanya 475 orang atau setiap formasi diperebutkan 169 pelamar,” ujar dia di Jakarta, Senin (9/10/2017).

Berdasarkan data Badan Kepegawaian Nasional (BKN), Kementan menjadi peringkat kedua peserta CPNS terbanyak tahun 2017. Peringkat pertama, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan 162.225 pelamar memperbutkan 300 formasi atau 1: 540.

Selanjutnya satu formasi CPNS Kesehatan diperebutkan 115 pelamar atau 1:115. Formasi CPNS Kejaksaan Agung 1:78 dan Kementerian Keuangan 1:64. Secara keseluruhan formasi CPNS pada 60 Kementerian/Lembaga diperebutkan oleh 1,3 juta pendaftar.

Dia mengatakan, guna mengawal proses transformasi struktural dan regenerasi petani, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman sejak awal sudah mengantisipasi dan membuat berbagai kebijakan, antara lain hilirisasi pertanian, modernisasi pertanian, regenerai dan peningkatan kapasitas SDM pertanian.

Suwandi menjelaskan proses transformasi struktural harus dikelola dan dikawal dengan baik. Langkah pertama, mesti dipastikan tenaga kerja yang keluar dari pertanian tertampung ke sektor lain.

Selanjutnya petani tidak saja di on-farm tetapi harus bergerak ke sektor hilir. Hilirisasi inilah yang akan menyerap jutaan tenaga petani, memberikan nilai tambah dan menyelamatkan jutaan petani di desa menjadi sejahtera.

“Langkah kedua, proses transformasi ini menjadi momentum untuk modernisasi dengan mekanisasi alat - mesin pertanian yang hemat tenaga kerja, hemat waktu, efisien biaya, dan meningkatkan hasil, menurunkan susut hasil dan sebagainya. Modernisasi dilakukan sejalan dengan perkembangan teknologi,” jelasnya.

Langkah ketiga, regenerasi petani. Adanya teknologi mekanisasi inilah, membuat kini banyak generasi muda malah terjun ke sektor pertanian. Generasi muda tidak perlu lagi turun ke lumpur namun dengan mesin para pemuda bisa bertani dengan lebih efisien, lebih cepat, dan hasilnya lebih berkualitas.

Pemuda tani dilatih menggunakan alat mesin, perbengkelan, jasa dan lainnya. Kementan menggerakan dengan Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita), pemuda tani di desa saat ini terjun menggarap lahan tidur untuk ditanami jagung.

Beberapa informasi dari Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta menyebutkan kini Fakultas Pertanian mulai menjadi pilihan unggulan dan banyak mahasiswanya. Bahkan program Kementerian Desa-PDT juga mendapat respon positif bagi generasi muda di desa.

Program transformasi dan revitalisasi di bidang pendidikan pertanian pun telah dilakukan. Enam Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) yang tersebar di Medan, Bogor, Malang, Magelang, Gowa dan Manokwari ditransformasi menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian. Hasilnya, kini minat pemuda mendaftar ke STPP meningkat drastis.

“Lebih dari 10.000 peserta, padahal kapasitas STPP pada tahun 2017 menerima 1.200 mahasiswa, yang tahun tahun sebelumnya hanya menerima 900 mahasiswa,” ungkap Suwandi.

Selanjutnya langkah keempat, Kementan fokus pada peningkatan kapasitas SDM pertanian dan penguatan kelembagaan petani. Kapasitas SDM ini merupakan investasi jangka panjang yang dilakukan secara terus-menerus.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.