Sukses

Dana Investor Asing Keluar dari Pasar Saham RI

Investor asing melakukan aksi jual mencapai Rp 6,02 triliun hingga 8 September 2017.

Liputan6.com, Jakarta - Aliran dana investor asing keluar dari pasar saham. Hal itu dinilai tidak wajar lantaran kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang baik.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga 8 September 2017, investor asing melakukan aksi jual mencapai Rp 6,02 triliun.

Direktur PT Avere Investama Teguh Hidayat menuturkan, aksi jual investor asing di pasar saham Indonesia tidak wajar. Teguh menilai, investor asing keluar dari pasar saham dengan catatan kalau dari sisi global ada isu penting sehingga mendorong dana investor asing kembali ke negara asalnya.

"Ini tidak wajar (investor asing keluar dari pasar saham). Investor asing keluar ada isu global penting. Pulang ke negara masing-masing. Ke Eropa itu tidak terjadi. Saat ada isu Korea Utara, Dow Jones stabil. Investor asing tidak ada alasan untuk keluar dari pasar saham," jelas Teguh saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Senin (11/9/2017).

Lebih lanjut ia menuturkan, dari dalam negeri, kondisi ekonomi Indonesia stabil. Ini ditunjukkan dengan inflasi stabil. Kondisi ekonomi Indonesia 2017 juga berbeda saat 2015. Teguh menilai, pada 2015, harga komoditas masih melemah dan rupiah bergejolak.

"Tapi 2017 tidak seperti itu. Ekonomi Indonesia baik-baik saja. Inflasi stabil. Tidak wajar investor asing keluar," ujar Teguh.

Teguh menilai, investor asing keluar dari pasar saham membuat pergerakan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak mampu untuk naik signifikan. Laju IHSG cenderung konsolidasi. Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 10,58 persen secara year to date (ytd) ke posisi 5.857,12 pada Jumat 8 September 2017.

"Dana investor asing pengaruhi naik turunnya IHSG. Indonesia negara besar dengan jumlah penduduk besar tetapi jumlah investornya masih sedikit di pasar modal. Dengan investor asing keluar di dalam negeri hanya lokal saja yang bertransaksi. Sekitar dua pertiga perdagangan bursa didominasi oleh lokal. IHSG sulit untuk naik," jelas Teguh.

Teguh menilai, investor asing kemungkinan memindahkan aset investasi dari saham ke portfolio investasi lainnya misalkan di sektor riil. Apalagi saat ini ada pemilihan pembiayaan infrastruktur. Baru-baru ini PT Jasa Marga Tbk (JSMR) meluncurkan produk sekuritisasi aset.

"Jasa Marga luncurkan sekuritisasi aset. Investor asing ikutan masuk karena tidak ada fluktuasi nilainya tetap ketimbang beli saham," kata Teguh.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bos BEI Bantah Dana Asing Ramai Keluar dari RI

Sebelumnya manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membantah dana asing berbondong-bondong keluar dari Indonesia. Dana asing yang banyak keluar dikatakan karena pelaku pasar melakukan transaksi tutup sendiri (crossing saham) sebagai tindak lanjut Program Pengampunan Pajak (tax amnesty).

Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, sebenarnya dana asing yang masuk masih besar mencapai Rp 16 triliun. "Tolong yang crossing jangan dihitung, karena yang crossing asing ke Indonesia sebagian adalah tax amnesty. Jadi kalau dihitung kalau tanpa crossing dana asing yang masuk masih Rp 16 triliun," jelas dia di Gedung BEI Jakarta, Kamis (31/8/2017).

Dia menuturkan, saat crossing saham, sejumlah saham dijual kepada investor lokal. Padahal, sejatinya itu bukan transaksi jual saham. "Karena yang crossing rata-rata jual dari asing ke Indonesia, dianggap dana asing keluar padahal itu adalah sebagian tax amnesty, bukan jual," ungkap dia.

Tito menuturkan, dalam tax amnesty investor harus mengungkap identitas sebenarnya. Proses balik nama sendiri akan terus berlangsung hingga paling lambat 31 Desember 2017.

"Coba buang yang crossing karena tax amnesty itu harus diganti namanya selambatnya 31 Desember 2017. Nah itu lagi banyak yang ganti nama, mindahin nama asing ke Indonesia. Jadi sebagian besar bukan dana asing keluar. Jadi kalau real dari regular transaction masih sekitar Rp 16 triliun positif," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.