Sukses

Bursa Saham Jatuh, Qatar Tak Khawatir

Bursa saham Doha turun sekitar 7,1 persen pada pekan lalu imbas dari pemutusan hubungan diplomatik dengan sejumlah negara Arab.

Liputan6.com, Doha - Pemerintahan Qatar tetap yakin terhadap ekonominya meski kena putusan hubungan diplomatik dari sejumlah negara Arab dan negara lainnya.

Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Qatar Ali Shareef Al Emadi. Dia menekankan ketahanan negaranya terhadap potensial guncangan ekonomi. Qatar dinilai tidak akan menjadi satu-satunya yang kena dampak dari pemutusan hubungan diplomatik tersebut.

"Banyak orang mengira kami satu-satunya yang kalah dalam hal ini. Jika kami akan kehilangan satu dolar Amerika Serikat, mereka juga akan kehilangan satu dolar Amerika Serikat," ujar Ali Shareef Al Emadi, seperti dikutip dari laman CNBC, Senin (12/6/2017).

Dalam wawancaranya dengan CNBC, ia menuturkan keretakan politik "sangat disayangkan" karena ini membuat kehidupan tidak nyaman. "Keluarga terganggu di negara-negara ini," ujar dia.

Qatar bergantung pada tetangganya yang masuk negara kawasan teluk untuk mendapatkan makanan impor. Ini agar memenuhi kebutuhan makanan 2,5 juta penduduknya. Selain itu, juga banyak para ekspatriat di negara tersebut. Ada laporan kalau timbul kepanikan di supermarket di tengah kekhawatiran akan kekurangan pangan selama bulan suci Ramadan. Namun, Al Emadi secara cepat menolak kekhawatiran itu.

Sebelumnya, Doha telah impor makanan dari negara lain yaitu Brazil dan Australia. Oleh karena itu, pihaknya masih akan terus melanjutkan hal itu. Pihaknya memastikan kalau memiliki banyak mitra untuk mengatasi kekhawatiran itu. "Kami akan memastikan kalau kami lebih terdiversifikasi dari pada sebelumnya," ujar dia.

Menteri yang juga pimpinan dewan eksekutif Qatar ini juga mengabaikan kekhawatiran terhadap pasar keuangan yang sempat jatuh. Bursa saham Doha turun 7,1 persen pada pekan lalu. Mata uang Qatar riyal juga melemah terhadap dolar AS seiring kekhawatiran arus investasi asing yang keluar.

Al Emadi menuturkan, reaksi pelaku pasar itu dapat dimengerti dan tak perlu khawatir. Doha memiliki semua alat yang dibutuhkan untuk mempertahankan ekonomi dan mata uangnya.

"Cadangan dan dana investasi kami lebih dari 250 persen produk domestik bruto. Jadi saya rasa tidak ada alasan mengapa orang perlu khawatir dengan apa yang terjadi terutama mengenai riyal Qatar," tutur dia.

"Kami sangat nyaman dengan posisi, investasi dan likuiditas di sistem kami. Kami masih merupakan negara layak investasi dan salah satu dari 20 teratas. Jadi saya pikir kami jauh lebih baik," tambah dia.

Pemerintahan Qatar pun tidak perlu melakukan intervensi dengan membeli surat utang atau obligasi. Ia menuturkan, Qatar selalu terbuka untuk bisnis. Pihaknya memiliki apa yang diperlukan untuk mempertahankan ekonomi.

Sebelumnya Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir merupakan negara yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada pekan lalu. Hal itu karena ada dugaan Qatar mendukung aksi terorisme.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.