Sukses

Pasar Modal RI Masih Menarik bagi Investor Asing

Ada kenaikan peringkat surat utang Indonesia menjadi layak investasi oleh lembaga pemeringkat S&P menjadi sentimen jangka menengah-panjang.

Liputan6.com, Jakarta - Arus dana investor asing diperkirakan masih masuk ke pasar saham dan obligasi di Indonesia. Faktor fundamental ekonomi Indonesia yang baik menjadi daya tarik bagi investor asing.

Selain itu, aksi bom Kampung Melayu yang terjadi pada Rabu, 24 Mei 2017 juga tidak terlalu mempengaruhi pasar saham. Sentimen tersebut dinilai hanya jangka pendek.

Adapun aliran dana investor asing keluar dari pasar saham pada beberapa hari ini dinilai masih wajar. Investor asing merealisasikan keuntungannya usai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cukup tinggi.

Investor asing mencatatkan aksi jual Rp 466 miliar dalam tiga hari ini di pasar saham. Namun, aliran dana investor asing sudah masuk ke pasar saham mencapai Rp 22,16 triliun sepanjang 2017.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, kejadian bom Kampung Melayu tidak terlalu pengaruhi pasar saham. Ini ditunjukkan dari aliran dana investor asing keluar dari pasar saham hanya sedikit pada Jumat, 26 Mei 2017.

"Tak terlalu pengaruhi. Outflow sedikit sekitar Rp 70 miliar," ujar William saat dihubungi Liputan6.com.

Wlliam menilai, investor asing masih tertarik portofolio investasi di Indonesia. Hal itu mengingat fundamental ekonomi Indonesia cukup baik. Apalagi peringkat utang Indonesia juga sudah diakui secara global dengan lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's menaikkan peringkat utang pemerintah Indonesia jadi layak investasi atau di level BBB-.

"Fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat. Terbukti S&P meningkatkan peringkat dengan outlook stabil," kata William.

Selain itu, Indonesia punya cadangan devisa cukup kuat dan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang stabil menjadi daya tarik investor. Tercatat cadangan devisa RI sekitar US$ 123,2 miliar pada akhir April.

William menambahkan, harga komoditas yang membaik juga akan berdampak positif untuk kinerja perusahaan. Diharapkan kinerja perusahaan tercatat di pasar modal atau emiten juga positif pada 2017, akan menambah Indonesia semakin menarik bagi investor asing.

Hal senada dikatakan pengamat pasar modal Beben Feri Wibowo. Kejadian bom Kampung Melayu pekan lalu hanya sentimen sementara. Aliran dana investor asing diperkirakan masih masuk ke Indonesia.

Ia menuturkan, bila ada potensi dana investor asing keluar, itu lebih didorong sentimen global seperti kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve. Kemudian, kebijakan presiden AS Donald Trump yang kadang tidak diterima pelaku pasar.

"Sentimen global tersebut masih ada satu syaratnya bagaimana dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," kata dia.

Beben menilai, jika pemerintah Indonesia mampu mengendalikan rupiah menjadi stabil maka tidak ada alasan investor asing keluar dari Indonesia. Kecuali memang investor asing melakukan realisasikan keuntungan sementara dengan peluang kembali masuk ke saham dan obligasi yang sudah dalam kondisi netral dan jenuh jual.

Beben menuturkan, fundamental ekonomi Indonesia menjadi daya tarik untuk investor asing. Ini dilihat dari pertumbuhan ekonomi bertahan di level 5 persen, inflasi di kisaran 4 persen dengan plus minus satu persen, dan peringkat layak investasi untuk utang pemerintah Indonesia oleh S&P.

"Kurs rupiah juga relatif stabil usai the Fed menaikkan suku bunga untuk pertama kali," ucap Beben.

Analis PT NH Korindo Securities, Bima Setiaji memperkirakan investor merealisasikan keuntungan usai spekulasi kenaikan peringkat oleh S&P sejak Maret. Selain itu, valuasi IHSG menurut Bima sudah kemahalan atau kenaikan estimasi laba bersih pada akhir tahun. "PE IHSG di awal tahun sekitar 15,8 kali," tutur Bima.

Bima menilai, dana investor asing keluar dari pasar saham masih wajar. Ia mengatakan, peringkat layak investasi untuk surat utang pemerintah Indonesia oleh S&P masih menjadi sentimen jangka menengah hingga panjang.

Sentimen negatif yang akan mengadang laju IHSG, menurut Bima, adalah inflasi. Diperkirakan inflasi Mei tinggi mengingat jelang Ramadan, dan juga inflasi Ramadan.

"Tingginya inflasi di Mei akan menjadi masalah tersendiri bagi Bank Indonesia karena diperkirakan ada kenaikan fed rate dari bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve," ujar dia.

Untuk sektor saham, Bima perkirakan, sektor saham konstruksi masih sangat menarik hingga akhir tahun. Ini lantaran valuasi murah dan potensi pertumbuhan laba bersih dalam dua tahun ke depan seiring nilai kontrak baru.

Seperti diketahui, laju IHSG naik 7,49 persen secara year to date (ytd) ke level 5.693 pada perdagangan saham Selasa 30 Mei 2017. Dari 10 sektor saham, sektor saham industri dasar dan kimia catatkan pertumbuhan tertinggi sepanjang 2017. Tercatat pertumbuhan sektor saham industri dasar dan kimia sebesar 13,88 persen.

Disusul sektor saham keuangan mendaki 13,19 persen dan sektor saham infrastruktur, utilitas dan transportasi mendaki 7,35 persen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.