Sukses

Mengintip Keamanan dari Jasa Pengiriman Barang Tiki

Pengiriman barang oleh jasa pengiriman barang tidak sederhana. Banyak proses mesti dilewati sehingga barang tak salah kirim.

Liputan6.com, Jakarta - Jasa pengiriman barang atau ekspedisi memiliki peran vital di kehidupan masyarakat saat ini. Bagaimana tidak, ada jasa pengiriman membuat orang tak perlu repot-repot mengantar barang ke tujuan. Apalagi, jika tempat yang dituju jauh letaknya.

Jasa pengiriman barang juga memiliki arti yang besar bagi pebisnis. Terlebih untuk era perdagangan digital seperti ini dengan pedagang dan pembeli tak perlu bertatap muka. Asal, barang sampai ke konsumen dengan keadaan baik dan tidak ada masalah dalam pembayaran.

Namun patut diketahui, pengiriman barang oleh penyedia jasa pengiriman barang tidak sederhana. Banyak proses mesti dilewati sehingga barang tidak salah kirim, tidak cacat, namun sampai ke tujuan tepat waktu.

Liputan6.com bersama dengan awak media lain mendapatkan kesempatan untuk langsung menyaksikan proses pengiriman barang ini. Kami berkunjung ke Kantor M1 di Kawasan Bandara Soekarno Hatta Tangerang milik PT Citra Van Titipan Kilat atau dikenal dengan Tiki.

M1 merupakan bagian terpenting dari pengiriman barang Tiki. Lantaran barang-barang yang berasal dari di Jakarta bermuara di tempat ini. Kemudian, barang tersebut dikirim ke daerah di luar Jakarta bahkan sampai luar negeri. Ada dua metode pengiriman, yakni menggunakan jalur darat dan udara.

Traffic & Network Junior Director Tiki, Ahmad Ferwito menerangkan, barang-barang yang berasal dari Jakarta dikumpulkan terlebih dahulu di M1. Selain dari counter, barang yang masuk juga berasal dari mitra Tiki yakni para pelaku e-commerce.

"Kalau barang Jakarta tersentral pusat di sini," kata dia di lokasi, Tangerang, Kamis (18/5/2017).

Tiki

Tiki menerapkan sistem yang ketat di kawasan M1. Petugas yang masuk memiliki akses khusus. Kemudian, petugas tak diperkenankan membawa barang pribadi. Sebab itu, barang petugas mesti dimasukkan ke loker yang sudah disediakan.

Ferwito menerangkan, barang yang dikirim ke M1 dalam keadaan tersegel. Hal ini untuk memastikan jika barang yang masuk dalam keadaan utuh. "Semua barang disegel, dengan nomor sendiri," ujar dia.

Bukan hanya itu, paket yang masuk ke M1 juga telah diberi label barcode. Barcode itu hanya bisa dibaca dengan portable data terminal (PDT). Setelah terbaca, maka petugas bisa melihat jumlah barang dari paket-paket tersebut.

"Tidak hanya barcode, tapi ada QR code untuk melacak status kirimannya di web," ujar dia.

Setelah masuk, barang-barang ini akan mengalami proses selanjutnya yaitu pemisahan. Barang dibedakan menjadi dua kelompok yakni masuk terpal (MT) dan luar terpal (LT).

Barang LT merupakan barang yang tak perlu dibongkar lagi. Biasanya, barang ini memiliki ukuran yang besar. Barang LT juga tak banyak melewati proses.

Sementara, barang MT mesti melewati proses yang lebih panjang. Barang MT biasanya berukuran kecil. Barang tersebut kemudian dibongkar lagi untuk dipisah-pisahkan berdasarkan jenis barang dan lokasi tujuan barang.

"Ketika dijumpai tidak memenuhi standar, petugas akan melakukan pengemasan ulang," kata dia.

Kemudian, barang itu disatukan dikemas menjadi satu kelompok lagi (terpal). Pada fase ini, petugas siap untuk mengirimkan barang-barang ke lokasi.

"Seluruh petugas diberitahu di layar monitor untuk diberangkatkan," ungkap dia.

Barang ini akan diberangkatkan melalui dua skema yakni udara dan darat. Khusus untuk pengiriman udara, pemeriksaan lebih ketat.

Sebelum dikirim, barang-barang akan diperiksa menggunakan x-ray. Barang ini sendiri diperiksa oleh regulated agent (RA). RA merupakan pihak independen yang mendapat persetujuan dari regulator yakni Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

"Banyak jenis barang yang membahayakan pesawat seperti cat, baterai yang jumlahnya banyak, itu airlines nggak akan menerima. Seperti narkoba, kita saring di sini ketika barangnya tidak sesuai aturan kami. Di sinilah cek akhir kami," ungkap dia.

Dia bilang, jika barang yang dikirim bertentangan dengan ketentuan penerbangan maka barang akan ditolak atau dikembalikan. Jika barang yang dikirim berbenturan dengan aturan hukum maka ditindak dengan melaporkan ke pihak berwajib.

"Kalau sifatnya narkoba, kami tidak konfirmasi pengirim, tapi kepolisian," tutur dia.

Setelah melewati proses ini, barang-barang siap dikirimkan ke lokasi tujuan, baik lewat darat maupun udara. Tiki mengupayakan barang yang dikirim sesuai dengan ketentuan produk atau layanan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.