Sukses

Kemenperin Targetkan Ekspor Tekstil Tumbuh 7 Persen

Data dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan pada tahun lalu ekspor TPT hanya sekitar US$ 11,9 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun ini naik 7 persen. Data dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan pada tahun lalu ekspor TPT hanya sekitar US$ 11,9 miliar.

Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, selama ini industri TPT merupakan sektor strategis yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Industri yang termasuk dalam sektor padat karya berorientasi ekspor ini tengah diprioritaskan pengembangannya agar semakin berkinerja positif dan berdaya saing global.

Namun sayangnya, selama ini pengembangan industri tersebut masih mengalami sejumlah hambatan. Salah satunya soal permesinan tekstil di Indonesia sudah banyak yang usang dan tidak bekerja dengan baik. Rata-rata usianya sudah 20 tahun ke atas.

"Oleh sebab itu kita juga perlu memperhatikan alat dan permesinan tekstil yang bisa mempengaruhi hasil produksi pertekstilan," ujar dia di Jakarta, Selasa (18/4/2017).

‎Selain itu, pasokan bahan baku industri tekstil di dalam negeri juga masih sangat bergantung pada impor. Saat ini 70 persen bahan baku kapas masih dipasok dari Amerika Serikat (AS). ‎"Industri pertenunan kita juga 70 persen masih tergantung dari kapas AS," kata dia.

Namun, Sigit masih optimistis pada tahun ini ekspor TPT Indonesia bisa tumbuh 7 persen. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi dunia yang diprediksi akan terus membaik.

"Oleh sebab itu, para pengusaha tekstil dan produk tekstil diharapkan mampu menciptakan inovasi baru dan mampu berdaya saing," kata dia.

Sebelumnya, Ketua API Ade Sudrajat menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir, ekspor TPT Indonesia memang tengah mengalami tren penurunan. Pada 2013, nilai ekspor TPT sempat mencapai US$ 13,3 miliar. Namun pada tahun-tahun berikutnya mulai mengalami penurunan hingga hanya US$ 11,9 miliar di 2016.

‎"Kita alami tren menurun khususnya untuk ekspor. Ada beberapa hal yang perlu digali. Dunia berubah untuk mencari sistem ekspor baru. Ini yang tertinggi US$ 13,3 miliar di 2013, sekarang rendah, hanya US$ 11,9 miliar. Jadi turun sekitar US$ 1,2 miliar.‎ Ekspor kita juga masih didominasi pakaian jadi, sekian persen hanya tekstil lembaran, benang dan lain-lain," jelas dia.

‎Namun, adanya perjanjian perdagangan bebas‎antara Indonesia dengan Uni Eropa yaitu Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA) diharapkan dalam meningkatkan ekspor tekstil Indonesia ke negara-negara Benua Biru. ‎Perjanjian perdagangan bebas ini ditarget bisa dimulai pada 2020.

"Kerja sama perdagangan bebas dengan Uni Eropa perundingan sudah dimulai 2015, diharapkn bisa selesai 2019 jadi baru dimulai 2020.‎ Walau kita minta prioritas TPT tapi tidak bisa gitu juga karena scoop-nya luas. Kalau ini sudah disepakati pun harus dibahas di parlemen (negara) masing-masing," kata dia.

Dengan adanya perjanjian perdagangan bebas ini bisa meningkatkan ekspor TPT Indonesia ke Uni Eropa hingga 300 persen. Peningkatan tersebut bisa lebih tinggi lagi jika ada kerja keras dari pemerintah untuk membenahi birokrasi dan perizinan bagi sektor industri.

"Di 2025 Indonesia sudah punya free trade dengan Uni Eropa. Perdagangan kita bisa meningkat 300 persen, kalau diimplentasikan di 2020. Sekarang ekspor US$ 1,2 miliar, bisa jadi US$ 3 miliar ke Uni Eropa. Ini dengan kerja biasa-biasa saja. Kalau kita tambah effort, ini dibenahi kebijakan ekspor impor, perizinan, perbaikan infrastruktur, (ekspor) bisa meningkat lebih tinggi lagi," tandas dia. (Dny/Gdn)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.