Sukses

250 Hektare Lahan Terendam Banjir di Sentra Produksi Bawang Merah

Petani akan memanen bawang merah yang masih berumur diri secara bertahap akibat terendam banjir di Brebes.

Liputan6.com, Brebes - Ratusan lahan sawah pertanian di sentra produksi bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, terendam banjir. Akibatnya, petani terpaksa memanen dini pada tanaman bawang miliknya, Selasa 6 Desember 2016.

Adapun penyebab banjir yang berada di sejumlah desa dan kecamatan sentra penghasil bawang merah antara lain Desa Sidamulya, Wanasari, Jagalempeni, Siasem, Glonggong, dan Desa Sisalam ini lantaran hujan turun dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak dua hari terakhir.

"Lahan sawahnya banjir, tanaman bawang saya satu hektare (ha) semua terendam air. Ya sudah terpaksa saya lakukan panen dini," ucap Solirin (40) petani Bawang Merah di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes.

Tak hanya lahan sawah bawang miliknya yang terendam banjir, namun ratusan lahan persawahan milik puluhan petani lainnya juga mengalami hal serupa.

"Ya kira-kira kalau di total lebih dari 250 ha lahan pertanian sawah bawang merah di Kecamatan Wanasari terendam banjir," dia menambahkan.

Ia menyebut, jika lahan sawah pertanian bawang merah terendam banjir tidak segera di panen maka bawang akan membusuk dan rusak. Petani pun rugi hingga ratusan juta rupiah.

"Jelas rugi kalau kondisi terendam banjir seperti ini. Petani jelas pusing karena hasilnya pasti merosot tajam, karena bawang basah cepat membusuk dan harganya pun pasti jatuh," kata Solirin.

Ia menambahkan, tanaman bawang merah yang bisa dipanen dini harus berusia tanamannya lebih dari satu bulan. Namun, kalau masih di bawah satu bulan itu tidak bisa dipanen.

Lahan pertanian bawang merah terendam banjir

Solirin merinci, untuk modal awal menanam bawang merah di lahan sawah seluas satu ha hingga seratus juta lebih.

"Kalau kondisi seperti ini, balik modal bisa dipastikan tidak mungkin. 50 persen modal sudah balik saja sudah untung," ujar dia.

Kendati demikian, jika tidak segera dipanen tanaman bawang akan busuk, jadi sebagian petani yang usia tanamannya lebih dari satu bulan masih bisa dipanen kecuali yang masih di bawah satu bulan itu tidak bisa dipanen," tutur dia.

"Yang usia tanamannya di bawah satu bulan juga banyak. Mereka menelan kerugian kurang lebih hingga ratusan juta," lanjutnya.

Solirin mengaku idiealnya tanaman bawang merah yang bisa dipanen usianya telah mencapai 50 hari lebih.

Namun, dengan kondisi yang tidak memungkinkan (akibat banjir) terpaksa banyak petani yang usia tanaman bawang merahnya baru 40 hari sudah di panen.

Hal senada diungkapkan petani lainya, Munawar (55) mengaku rugi besar karena tanaman bawang merahnya harus dipanen sebelum waktunya.

"Seharusnya dipanen 10 hari lagi agar hasilnya maksimal. Namun, karena banjir, harus dipanen sekarang, takut tanaman jadi busuk dan tidak bisa dijual," ucap Munawar petani di Desa Sidamulya Kecamatan Wanasari.

Akibat terendam banjir. Ia pun akan memanen bawang merah yang masih berumur dini tapi secara bertahap. Munawar pun mengeluhkan bawang merah yang masih kecil.

"Ya kalau segini saja hasilnya paling cuma setengah kilogram. Kalau panen tepat waktu, bisa sampai dua kilogram," kata dia.

Dia menuturkan, daerah tersebut memang langganan banjir. Namun, kali ini merupakan banjir terparah. Genangan air, kata dia, biasanya surut hanya beberapa jam saja. Namun, kali ini sudah dua hari air belum surut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Petani Gagal Panen

Petani Gagal Panen

Sementara itu, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari tidak memungkiri jika belakangan lahan di sekitar wilayah tanaman miliknya sering dilanda banjir.

Padahal, sedikitnya lahan yang luasnya mencapai satu hektar memerlukan biaya yang tidak sedikit, yakni kurang lebih mencapai ratusan juta rupiah.

"Kalau panen dini kayak gini bagaimana mau mendapatkan untuk, kembali modalnya saja sudah cukup," ucap Juwari.

Yang lebih memprihatikan lagi, kata dia, tidak hanya banyak petani yang gagal panen. Meskipun masih bisa dipanen, petani tidak bisa menjual hasil panen tersebut dengan maksimal. Lantaran bawang merah yang dijual sebagai sayuran tersebut tidak maksimal.

"Kalau biasanya mereka (petani) bisa menjual bawang merah ke pasar sebesar Rp 25 ribu per kilogram. Karena banjir seperti ini mereka hanya bisa menjual Rp 10 ribu per kilogram," ungkap Juwari.

Ia mengamini, jika ratusan hektare bawang merah terancam busuk kalau tidak segera dipanen. Terpaksa petani memanen bawang merah yang berusia di atas satu bulan.

Namun, untuk bawang merah yang berumur kurang dari satu bulan dibiarkan saja karena tidak bisa diselamatkan. Tanaman yang kurang sebulan tidak bisa diselamatkan karena belum tumbuh umbi bawang dan daunnya masih sedikit.

"Dari ratusan hektare lahan petani, ada sekitar 60 persen yang masih bisa diselamatkan karena umur tanaman lebih dari satu bulan. Sedangkan lainnya tidak bisa dipanen," ujar dia.

Ia menambahkan, kondisi bawang terendam banjir seperti ini jika harga bawang di pasaran saat ini sekitar Rp 25 ribu perkilogram, petani akan menjual bawang merah hasil panen dini tersebut dengan harga murah, yakni Rp 10-12 ribu per kilogram.

Rata-rata, petani memgalami kerugian yang cukup besar. Satu hektare tanaman bawang merah berumur sebulan, petani umumnya mengeluarkan biaya sebanyak Rp 100 juta.

Sedangkan keperluan biaya tanam seperti, bibit, tenaga kerja, pupuk, dan obat-obatan pertanian. Bagi petani yang sempat memanen dini, rata-rata kerugian mencapai 50 persen dari modal. Kemudian untuk tanaman berumur kurang sebulan yang tidak bisa panen, kerugian yang dialami capai 100 persen. (Fajar Eko N)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini