Sukses

Ini Keunggulan CPO Dibanding Komoditas Minyak Nabati Lain

Meski terus mendapatkan kampanye negatif, produk CPO dinilai menjadi komoditas yang paling ramah lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Meski terus mendapatkan kampanye negatif dari Uni Eropa, produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dinilai menjadi komoditas yang paling ramah lingkungan dibandingkan komoditas penghasil minyak nabati lain.

Deputi ‎Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdalifah Mahmud ‎mengatakan, saat ini ada empat komoditas pertanian yang diolah menjadi minyak nabati, yaitu soybean, rapeseed, sunflower dan CPO.

Dia mengungkapkan total kebutuhan minyak nabati dunia hingga 2025 mencapai 60 juta ton, atau 5 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, CPO masih minim kontribusi akibat kampanye negatif.

"Minyak nabati dunia kebutuhannya hingga 2025 tumbuh 60 juta ton atau 5 juta ton per tahun. Kalau negara lain klaim kelapa sawit ini picu kerusakan alam," ujar dia di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (6/12/2016).

Padahal, lanjut Musdalifah, CPO justru memiliki produktivitas paling tinggi dibandingkan dengan jenis minyak nabati lain. Sebagai contoh, total lahan minyak nabati dunia mencapai 276 juta hektar (ha).

Dari jumlah tersebut, soybean mempunyai luas lahan yang paling besar yaitu 122 ha dengan produksi sebesar 45,8 juta ton atau 0,4 ton per ha. Untuk rapeseed memiliki luas lahan 36 juta ha dengan produksi sebesar 25,8 juta ton atau 0,7 ton per ha.

Untuk sunflower, luas lahannya mencapai 25 juta dengan produksi 15,9 juta ton atau 0,6 juta ton per ha.‎ Sedangkan CPO, hanya dengan luas lahan sebesar 16 juta ha, namun produksinya mencapai 65 juta ton atau 4 ton per ha.

Untuk memenuhi kebutuhan 60 juta ton minyak nabati hingga 2025, kata Musdalifah, setidaknya dibutuhkan 115 juta ha lahan baru soybean dengan asumsi produktivitas 0,52 ton per ha. Jika dipasokan dari sunflower, membutuhkan 84,2 juta ha lahan baru dengan asumsi produktivitas 3,96 ton per hg.

Jika dipasok dari rapeseed, setidaknya membutuhkan 60,7 juta ha lahan baru dengan asumsi produktivitas sebesar 0,99 ton per ha. Sedangkan jika kebutuhan minyak nabati tersebut dipasok dari CPO, hanya membutuhkan 15,2 juta ha lahan baru dengan asumsi produktivitas 3,96 ton per ha.

"Jadi siapa yang akan penuhi kebutuhan minyak nabati kalau kita di larangan produksi CPO," tandas dia. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.