Sukses

KKP Alokasikan Rp 260 Miliar untuk Revitalisasi Tambak

Kementerian Kelautan dan Perikanan juga memberi penyuluhan bagi para pembudidaya ikan dan rumput laut terkait pemanfaatan bibit di keramba.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan menggelontorkan anggaran sebesar Rp 260 miliar untuk revitalisasi keramba jaring apung (KJA) dan tambak. Anggaran ini dialokasikan dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengatakan, revitalisasi ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kondisi keramba ikan dan tambak guna meningkatkan produksi budidaya perikanan.

Dia menjelaskan, pihaknya menargetkan produksi budidaya perikanan mencapai 22,46 juta ton pada 2017. Dari angka tersebut, budidaya rumput laut diprediksi masih memberikan kontribusi paling besar yaitu sekitar 13 juta ton.

"Target produksi budidaya di 2017 sekitar 22 juta ton, ‎itu total. Rumput laut 13,4 juta ton‎," ujar dia di Kantor KKP, Jakarta, Senin (7/11/2016).

Slamet menyatakan, pihaknya akan melakukan revitalisasi ‎pada 300 hektar tambak dan 250 paket keramba KJA. Untuk revitalisasi tambak, akan dialokasikan anggaran sebesar Rp 210 miliar, sedangkan untuk KJA sebesar Rp 50 miliar.

"Kalau untuk revitalisasi KJA itu sekitar Rp 50 miliar. Dan Kalau untuk tambak itu ada revitalisasi total lahannya sekitar 300 hektare, kira-kira Rp 210 miliar lah," kata dia.

Selain revitalisasi fasilitas secara fisik, lanjut Slamet, pihaknya juga melakukan penyuluhan pola pikir bagi para pembudidaya ikan dan rumput laut. Salah satunya terkait dengan pemanfaatan bibit di keramba.

"Mindset pembudidaya juga harus diubah, Karena biasanya mereka itu menggunakan (bibit) itu terus, panen diambil bibitnya dan sisanya dijual. Nah nanti itu tidak, dari hasil budidaya yang dibudidayakan itu 100 persen harus dijual, bibit didatangkan dari kebon bibit yang baru lagi," jelas dia.

Terkait hal ini, Slamet menyatakan telah mengirim para petugas penyuluhan ke wilayah budidaya perikanan. Dengan demikian diharapkan akan ada perubahan pola pikir para pembudidaya untuk memanfaatkan bibit lebih optimal guna meningkatkan produksinya.‎

"Karena sebagian sudah mulai di sebarkan, di Sulawesi, di Sumatera, Jawa, Riau, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan. Hanya belum merata saja, karena saking banyaknya lokasi di Indonesia," ujar dia. (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.