Sukses

Menteri Susi: Asing Sudah Terlalu Banyak Ambil Untung dari RI

Selama ini konsentrasi pembangunan Indonesia hanya terfokus di wilayah darat, sedangkan laut selalu masuk nomor dua.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan selama ini sumber daya laut dan perikanan Indonesia banyak dinikmati negara lain. Hal tersebut karena kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat pada pemanfaatan sektor ini.

Susi mengungkapkan, ‎Indonesia mempunyai luas laut nomor dua di dunia. Namun sayang, selama ini konsentrasi pembangunan hanya terfokus di wilayah darat, sedangkan laut selalu masuk nomor dua.

"Dengan luas laut nomor 2 di dunia, harusnya laut menjadi bagian yang penting bahkan lebih dari daratan, karena 70 persen luas wilayah kita adalah laut. Tapi selama ini konsentrasi hanya di darat, sementara tetangga ambil benefit dari laut kita," ujar dia dalam acara Forum BUMN di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (3/11/2016).

Dia mencontohkan, selama ini kapal asing menangkap ikan secara ilegal di wilayah perairan Papua mencapai 3,5 juta ton per tahun. Sedangkan nelayan lokal hanya menikmati sedikit dari sekian banyaknya sumber daya laut dan perikanan di daerah tersebut.

"Kita berantas illegal fishing yang rugikan Indonesia. Ini angkanya kita tidak pernah tahu. Tapi di Papua itu ikan 3,5 juta ton per tahun dicuri, kalau dikalikan US$ 1 per kg sudah US$  3,5 miliar," kata dia.

Oleh sebab itu, lanjut Susi, dalam 2 tahun terakhir pemerintah terus melakukan perbaikan dalam regulasi dan pembangunan infrastruktur untuk sektor kelautan dan perikanan.

"Indonesia dalam 2 tahun sudah banyak perubahan, deregulasi di semua lini termasuk perikanan. Perikanan yang lakukan reforming, reenginering. Juga bangun infrastruktur di pulau 12 pulau terluar, sebagian sedang dikerjakan dan sebagian hampir selesai, pembangunan terus menerus," kata dia.

Susi menambahkan untuk mewujudkan ini akan bersinergi dengan BUMN untuk mendorong visi misi pemerintah. "Buat Indonesia jadi poros maritim dan laut masa depan bangsa. Ini bukan untuk satu generasi, satu dekade, tapi generasi cucu cicit kita. Jadi frame utamanya yaitu sustainability (keberlanjutan)," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini