Sukses

Alasan Orang RI Punya Banyak Aset di Luar Negeri

Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menuturkan Malaysia dan Thailand cukup ketat untuk mengatur penempatan hasil devisa.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan penyebab orang Indonesia banyak yang memiliki aset di luar negeri. Namun, hal tersebut tidak melanggar hukum.

Bambang mengatakan,‎ penyebab banyaknya orang Indonesia memiliki aset di luar negeri karena tidak ada aturan yang melarang orang warga negara Indonesia menyimpan atau memiliki aset di luar negeri. Secara hukum hal tersebut sah dan menjadi celah orang Indonesia lebih memilih menyimpan aset dan uang di luar negeri.

"Kenapa aset uang orang Indonesia banyak di luar negeri. Pertama secara hukum tidak salah, eksportir Indonesia ketika dapat valas devisanya bebas menyimpan di luar Indonesia tidak ada keharusan, tidak seperti Malaysia, ekspor hasil devisanya masuk dulu ke perbankan Malaysia baru boleh keluar. Thailand lebih ketat lagi tidak hanya disimpan di bank tapi dikonversi dalam bath," kata Bambang, dalam dialog Ekonomi Indonesia Terkait Pengampunan Pajak, di Jakarta, Jumat (19/8/2016).

‎Bambang mengungkapkan, pada era 1970-1980an, orang Indonesia banyak melakukan bisnis dengan mengekspor hasil produksi minyak dan gas bumi, kemudian pada 1990an beralih mengekspor kayu. Kondisi ini sebenarnya banyak menghasilkan devisa. Namun karena tidak ada keharusan menyimpan devisa di dalam negeri, pengusaha memilih devisa tersebut disimpan atau dijadikan aset di luar negeri.

"Kenapa banyak aset di luar negeri jangan lupa Indonesia banyak komoditas. Uang ini dari komoditas waktu 70-80 kita booming migas, tahun 90 booming kayu ekspornya kemudian kita tidak tahu larinya kemana?," ungkap Bambang.

Bambang melanjutkan, penyebab lainnya adalah krisis ekonomi pada 1998. Hal itu membuat orang Indonesia memindahkan uangnya ke luar negeri karena khawatir dengan ekonomi Indonesia. "Pada 1998 ada krisis keuangan di Indonesia ada ratusan triliun pindah keluar, karena khawatir dengan keuangan Indonesia," tutur Bambang.

Setelah krisis, perekonomian Indonesia mulai bangkit, terjadi ekspor komoditas batu bara dan kelapa sawit‎. Lantaran tidak ada pengaturan tentang penyimpanan aset di luar negeri kemudian kembali menjadi celah orang Indonesia menyimpan asetnya di luar negeri.

‎"Jadi kita kaya komoditas dan bebas maka sangat besar devisa tidak kembali ke Indonesia devisa keluar tapi tidak salah," ujar Bambang. (Pew/Ahm)



 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.