Sukses

Wall Street Naik Imbas Penguatan Ekonomi AS

Data ekonomi AS seperti data tenaga kerja yang positif mendorong indeks saham S&P cetak rekor tertinggi pada awal pekan.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan saham awal pekan ini dengan indeks saham acuan S&P 500 mencatatkan rekor tertinggi.

Penguatan bursa saham AS itu masih didorong sentimen data ekonomi AS positif. Imbal hasil obligasi atau surta utang rendah juga membuat investor memburu saham di bursa AS.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (Selasa pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 80,19 poin atau 0,44 persen ke level 18.226,93. Indeks saham S&P 500 menguat 7,26 poin atau 0,34 persen ke level 2.137,16. Kemudian indeks saham Nasdaq mendaki 31,88 poin atau 0,64 persen ke level 4.988,64.

Pada awal pekan ini, indeks saham S&P 500 mencatatkan rekor intraday tertinggi di kisaran 2.143,16. Sebelumnya rekor tertinggi indeks saham S&P 500 di kisaran 2.134,72 pada 20 Mei 2015.

Sejumlah sektor saham juga mendorong penguatan indeks saham S&P 500. Sektor saham itu antara lain telekomunikasi, konsumsi dan utilitas.

Pelaku pasar juga melihat data ekonomi AS positif pada pekan lalu. Data tenaga kerja AS bertambah 287 ribu pada Juni, dan angka ini melebihi harapan para ekonom. Sentimen itu berdampak positif ke bursa saham setelah sempat bergejolak usai keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa pada bulan lalu.

Sektor saham yang positif terutama sektor saham defensif juga membuat investor beralih ke saham. Apalagi imbal hasil surat utang cukup rendah. Surat utang AS bertenor 10 tahun naik, namun masih mencatatkan rekor terendah di kisaran 1,311 persen.

"Imbal hasil surat utang belum juga naik sehingga membuat bursa saham reli. Saya pikir imbal hasil surat utang rendah dapat menciptakan masalah di surat utang seperti saham," ujar Jim Paulsen Chief Investment Strategist Wells Capital Management seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (12/7/2016).

Pada pekan ini, pelaku pasar juga akan menghadapi laporan keuangan kuartal II dari perusahaan yang masuk indeks saham S&P 500. Keuntungan perusahaan diperkirakan turun lima persen pada kuartal II.

"Ketika bursa saham membuat rekor baru tertinggi. Pendapatan juga mulai naik. Kombinasi ini membuat pelaku pasar percaya diri untuk saham pada semester kedua," kata Thomas Lee, Managing Partner Fundstrat Global Advisors.

Volume perdagangan saham pun tercatat 6,26 miliar di bursa saham AS. Angka ini lebih rendah dari rata-rata perdagangan harian selama 20 hari sekitar 7,84 miliar saham. (Ahm/Ndw)

*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini