Sukses

Warga Maluku Lebih Senang Pegang Euro Dibanding Dolar AS

Pelemahan rupiah terhadap mata uang yen dipengaruhi karena pemulihan kondisi perekonomian Jepang.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perkembangan rata-rata nilai tukar eceran rupiah pada minggu IV April 2016 terhadap Maret 2016. Rupiah mengalami penguatan terhadap tiga mata uang yang paling banyak ditransaksikan di Indonesia. Apresiasi terbesar kurs Rupiah berada di Maluku.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, terhadap Dolar AS, nilai mata uang Garuda pada periode tersebut mengalami penguatan 0,73 persen atau 96,89 poin ke level 13.160,07 per dolar AS.

Sementara terhadap dolar Australia, rupiah bertengger di level 10.115,45 per dolar Australia atau menguat 0,09 persen atau 9,40 poin. Sedangkan terhadap mata uang Euro, nilai tukar rupiah mengalami apresiasi 0,59 persen atau 88,81 poin ke level 14.919,97 per euro.

"Cuma dengan Yen Jepang saja, kurs rupiah melemah 0,78 persen atau 0,92 poin ke level 118,88 persen," ujar Sasmito saat Konferensi Pers dikantornya, Jakarta, Senin (16/5/2016).

Menurutnya, pelemahan rupiah terhadap mata uang yen dipengaruhi karena pemulihan kondisi perekonomian Jepang dari peningkatan daya beli masyarakat dan konsumsi penduduk negara tersebut. Jepang, kata Sasmito, melakukan langkah perbaikan ekonomi dengan menekan pajak guna mendongkrak daya beli masyarakatnya.

"Karena daya beli meningkat, maka terjadi kenaikan permintaan atau konsumsi termasuk untuk produk-produk asing, salah satunya dari Indonesia," ujar Sasmito.

Dilihat dari level nilai tukar rupiah di Indonesia, kata Sasmito, paling tinggi di Kalimantan Utara (Kaltara) yakni 12.595 per dolar AS. Sedangkan kurs terendah berada di Nusa Tenggara Barat (NTB) 13.250 per dolar AS. 

"Kalau tidak ada transportasi, beli dolar AS di Tarakan, lalu dijual di Mataram sudah untung Rp 700 per dolar AS itu," ujarnya.

Sementara ditengok berdasarkan perubahan kurs rupiah April terhadap Maret 2016, apresiasi atau penguatan paling besar di Maluku sebesar 1,84 persen atau 247,50 poin.

"Kenapa apresiasi paling besar di Maluku? Karena dolar AS kurang diminati. Orang Maluku lebih senang Euro karena mereka punya hubungan historis dengan Eropa, terutama Belanda. Jadi kalau piknik, dan pergi lebih banyak ke Eropa. Demand mata uang Euro di Maluku lebih besar dibanding dolar AS," jelas Sasmito.

Sasmito pun mengatakan, depresiasi atau pelemahan mata uang rupiah di periode tersebut paling besar di Sumatera Utara (Sumut) sebesar 6,01 persen atau 743,33 poin.

"Depresiasi karena antisipasi long weekend awal Mei lalu. Wilayah Sumut kan dekat dengan banyak negara tetangga. Jadi akhir April, banyak permintaan beli mata uang asing terutama dolar AS," pungkas dia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.