Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengakui fasilitas pengolahan minyak mentah (kilang) yang dimilikinya belum andal dalam memproduksi bahan bakar minyak (BBM).
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, kilang milik Pertamina hanya mampu mengelola 850 ribu barel minyak mentah per hari (bph). Sementara kebutuhan BBM di Indonesia mencapai 1,5 juta bph. Karena itu, 47 persen kebutuhan masih harus didatangkan dari luar negeri.
Kondisi Indonesia berbeda jika dibandingkan dengan Singapura yang memiliki kapasitas kilang lebih besar dari kebutuhan.
Baca Juga
"Sedangkan tetangga kita Singapura dengan demand‎ 148 ribu, mereka memiliki kapasitas kilangnya 1,3 juta bph," kata Dwi, saat rapat dengan Komisi VII DPR di Gedung DPR, Jakarta,‎ Selasa (19/4/2016).
Advertisement
Baca Juga
Dwi menuturkan, dari sisi kompleksitas, kilang (Refainary Unit/RU) milik Pertamin‎a juga masih rendah, rata-rata hanya sekitar 4,9. RU tersebut di antaranya RU Plaju 3, RU Cilacap 3,1, RU Balikpapan 3,7, RU Dumai 6,6, dan RU Balongan 10.
Jika dibandingkan dengan kompleksitas kilang negara tetangga, kilang milik Pertamina masih jauh tertinggal. Seperti Singapura sebesar 4,8; Thailand sebesar 6; dan Asia sebesar 5,8.
"Kompleksitas kilang nasional relatif rendah dibandingkan dengan kilang yang berada di kawasan Asia dan global,‎" tutur Dwi.
Namun Dwi memastikan, Pertamina tidak tinggal diam menerima kenyataan tersebut. Perusahaan energi pelat merah tersebut sudah memiliki program untuk meningkatkan keandalan kilang. Program tersebut adalah Refining Development Master Plan (RDMP), RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) dan PLBC (Proyek Langit Biru Cilacap).
‎"Pertamina RDMP akan dilaksanakan di 4 atau 5 kilang besar, yaitu Dumai, Plaju, Cilacap, Balongan, dan Balikpapan," Dwi membeberkan. (Pew/Nrm)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.