Sukses

Menperin Kagum Produsen TV Lokal Hasilkan Rp 75 Juta per Hari

Menteri Perindustrian Saleh Husin meminta pemerintah daerah untuk lebih aktif membina Industri Kecil dan Menengah.

Liputan6.com, Jakarta - Muhammad Kusrin, pemilik UD Haris Elektronika kini bisa bernapas lega dalam menjalankan usahanya. Lantaran barang yang diproduksinya yakni Cathode Ray Tube (CRT) TV telah mendapat Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda (SPPT) Standar Nasional Indonesia (SNI).

Menteri Perindustrian Saleh Husin pun menyambut positif hal tersebut. Dengan langkah ini berarti telah melindungi produk dalam negeri, melindungi konsumen, serta memiliki produk yang berdaya saing.

Tak hanya itu, Saleh Husin juga mengaku salut atas jerih payah Kusrin. Benar saja, perusahaan tergolong Industri Kecil Menengah (IKM) itu pun memiliki omzet Rp 75 juta per hari. Saleh juga mengimbau, supaya Kusrin mengembangkan usaha melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).

"Mungkin lewat KUR diarahkan Pak Kusrin bisa dapatkan modal untuk mengembangkan usaha sempat anak buah 32 orang dengan produksi yang lakunya 150 unit. Kalau dijual Rp 500 ribu berarti Rp 75 juta per hari, luar biasa ini. Ini bukan skala kecil lagi, menengah atau besar kalau bisa kuasai kabupaten. Saya kira bisa jadi konglomerat nanti," kata Saleh, Jakarta, Selasa (19/1/2016).
‎

Dia bilang masih banyak potensi anak dalam negeri yang masih perlu dikembangkan. Karena itu, dia meminta peran daerah untuk lebih aktif membina IKM.

"Anak-anak kita yang punya potensi dan kreativitas seperti itu harus dibina dan harus diketahui, potensinya di daerah. Ini peran rekan-rekan Disperindag di daerah untuk bisa informasikan potensi-potensi itu bagaimana cari jalan keluar," jelas dia.

Sejalan dengan itu, dia juga meminta Kusrin supaya rekan-rekannya yang memiliki pekerjaan sejenis untuk melakukan sertifikasi.
‎

"Tentu Pak Kusrin bantu bersama datang ke Disperindag agar bisa mendaftarkan untuk dapatkan SNI sehingga terhindar masalah hukum," ujar Saleh.

Jatuh Bangun Dulu
‎

Kusrin mengaku usahanya itu diawali hobi. Mulanya, dia membeli barang elektronik bekas dan setelah itu diperbaiki. Setelah pulih, baru elektronik itu dijual kembali.

Hobi ini membuatnya dapat menjaring mitra hingga akhirnya membuka jasa servis."Saya buka servis elektronik keliling terus latihan ngutak-atik," ujar Kusrin.
‎

Berlanjut setelah itu, dia akhirnya membuka usaha produksi TV. Itu juga setelah mendapat ide dari temannya yang memintanya membuat TV.

"‎Terus ada teman suruh bantuin bikin TV dengan monitor bekas. Waktu itu belum sempurna dalam arti diambil tabungnya begitu aja. Saya datang dan itu saya sempurnakan agar tabung monitor jadi TV dan jualnya di wilayah keresiden Solo," jelas dia.

Memang dalam menjalankan usahanya tak  mulus. Pernah modalnya sebanyak Rp 200 juta-Rp 300 juta dibawa lari supir dan salesnya. "Satu tahun dengan modal Rp 200 juta-Rp 300 juta tapi habis dengan supir dan sales saya," tandas dia. (Amd/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.