Sukses

Cadangan Emas Berlimpah, Freeport Nafsu Investasi di RI

Grasberg, ikon tambang raksasa di Papua memiliki cadangan tembaga dan emas berlimpah.

Liputan6.com, Jakarta - Grasberg, ikon tambang raksasa di Papua memiliki cadangan tembaga dan emas berlimpah. Kekayaan sumber daya alam tersebut membuat Freeport enggan hengkang dari Indonesia karena lokasi tambang lain milik perusahaan itu tak sanggup menawarkan tembaga dan emas menggiurkan seperti yang ada di Papua.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Mohamad Hidayat membeberkan betapa kayanya tambang Grasberg di Papua hingga PT Freeport Indonesia berani membenamkan investasi dengan nilai miliaran dolar Amerika Serikat (AS).

Disebutkannya, cadangan tembaga dan turunannya di tambang Grasberg per 31 Desember 2014 tercatat US$ 2,27 miliar ton bijih. Tingkat produksinya mencapai 109,5 juta ton per tahun sampai dengan saat ini. Kata Hidayat, nilai aset Freeport Indonesia di periode yang sama senilai US$ 8,265 miliar.

"Jadi reserves production ratio atau umur tambang itu bisa sampai 23,5 tahun. Masih cukup panjang, sehingga ini sangat menarik untuk dikelola dengan baik ke depan," kata Hidayat saat Diskusi Refleksi Akhir Tahun HIPMI, Jakarta, Selasa (29/12/2015).


Lebih jauh diakuinya, posisi Freeport Indonesia sangat penting bagi induk usahanya, Freeport- McMoran yang bermarkas di AS. Hidayat menambahkan, kontribusi cadangan Freeport Indonesia dari satu lapangan atau tambang kepada induk usahanya sebesar 28 persen untuk tembaga, sedangkan emas mencapai 99 persen.

"Betapa pentingnya cadangan yang dimiliki Freeport Indonesia. Itu cuma satu lokasi tambang di Papua saja lho, benar-benar luar biasa cadangannya," jelasnya.

Sementara lokasi tambang lain yang dimiliki Freeport McMoran, seperti di Amerika Utara (7 lokasi), Amerika Selatan (2 lokasi tambang) dan Afrika sangat jauh berbeda dengan tambang Grasberg, Papua.

Hidayat mengaku, kontribusi cadangan dari tambang Freeport di Amerika Utara untuk tembaga 34 persen dan emas hanya satu persen bagi induknya. Sedangkan kontribusi dari tambang di Amerika Selatan 31 persen untuk tembaga dan emas nihil.

"Kontribusi pendapatan dari Freeport Indonesia untuk McMoran 16 persen dari tembaga dan emas 93 persen. Jadi cukup besar saat ini, sehingga pemerintah minta Freeport Indonesia bangun smelter supaya diolah di dalam negeri dan memberi nilai tambah bagi bangsa," terangnya.

Menurut catatan Hidayat, Freeport Indonesia akan menanamkan investasi dengan membangun pabrik pengolahan dan pemurnian senilai US$ 2,3 miliar sepanjang periode 2015-2021. "Sementara pengembangan tambang bawah tanah selama 6 tahun ke depan senilai US$ 9,5 miliar," cetus Hidayat.

Dalam kesempatan yang sama, Pengamat dari INDEF Ariyo Dharma Pahla Irhamna menambahkan, neraca keuangan Freeport McMoran dan Freeport Indonesia saat ini sedang seret. Menurutnya, inilah yang menjadi alasan bagi Freeport Indonesia tidak menyetor dividen sejak 2011.

"Karena kondisi keuangan lagi tidak bagus bikin Freeport tetap bernafsu investasi di sini karena tambang emas Grasberg yang terbesar dibanding negara lain sangat fundamental bagi Freeport McMoran," tandasnya. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.