Sukses

AS Bakal Investasi Rp 32,7 Triliun di RI

BKPM mencatat rencana investasi negara tersebut sebesar USD 2,4 miliar.

Liputan6.com, - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat hasil positif dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat. BKPM mencatat rencana investasi negara tersebut sebesar US$ 2,4 miliar, atau setara Rp 32,7 triliun.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menyampaikan rencana investasi Amerika ke Indonesia meliputi sektor makanan, minuman, dan tembakau sebesar US$ 1 miliar dalam bentuk perluasan investasi, kelistrikan US$ 600 juta, hilirisasi sektor agro US$ 750 juta, industri alat berat/permesinan US$ 12 juta, serta sektor kertas dan percetakan masing-masing dalam bentuk statement of investment.

“Rencana investasi yang diidentifikasi BKPM tersebut merupakan bagian dari kesepakatan bisnis Indonesia dan Amerika senilai US$ 20 miliar. BKPM akan terus mengawal agar rencana investasi yang sudah disampaikan tersebut dapat segera direalisasikan, terutama yang perluasan, serta masuk dalam tahap pengajuan izin prinsip untuk yang masih dalam bentuk statement of investment,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (27/10/2015).

Franky menambahkan dari rencana investasi yang disampaikan oleh investor Amerika dalam kunjungan di Washington D.C., BKPM melihat target diversifikasi investasi Amerika Serikat ke Indonesia tercapai karena sektor usaha yang dimasuki di luar sektor pertambangan.

Dalam rilis sebelumnya, BKPM mencatat sejak 2010 hingga triwulan III 2015 investasi Amerika Serikat di Indonesia sebesar US$ 8,0 miliar. Lima sektor terbesar adalah pertambangan US$ 7,2 miliar, perdagangan/reparasi US$ 258 juta, industri makanan US$ 167 juta, industri alat angkut US$ 142 juta, dan industri kimia/farmasi US$ 56 juta.

“Porsi investasi sektor pertambangan mencapai 90% keseluruhan investasi Amerika di Indonesia,” ujar Franky.

Selain rencana investasi Amerika ke Indonesia, BKPM juga mencatat adanya outward investment perusahaan Indonesia ke Amerika Serikat sebesar US$ 175 juta yang akan dilakukan PT Saka Energi, anak perusahaan PGN (Perusahaan Gas Negara).

Perusahaan yang bergerak di bidang pengangkutan dan distribusi gas ini akan bekerja sama dengan Swift Energy Company (perusahaan Amerika) untuk eksplorasi dan eksploitasi gas di wilayah Fasken di the Eagle Ford Trend di Webb County, Texas.

“Nilai investasi yang direncanakan sebesar US$ 175 juta. Nilai ini setara dengan 36% hak Swift Energy di Texas atas wilayah Fasken tersebut,” ujarnya.

Lebih lanjut, Franky menambahkan BKPM mendukung outward investment karena memiliki nilai strategis mendukung ketahanan energi di Indonesia sebab gas yang dihasilkan akan digunakan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan gas di Indonesia. BKPM akan mendukung sepenuhnya rencana outward investment perusahaan Indonesia ke luar negeri.

Kesepakatan rencana investasi tersebut merupakan bagian dari kesepakatan bisnis antara perusahaan Indonesia dan Amerika sebesar US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 273,4 triliun, yang terdiri atas 12 kesepakatan bisnis, di antaranya di bidang energi, transportasi dan perluasan pabrik. Pada saat yang sama juga diumumkan enam kesepakatan bisnis meliputi bidang energi, konservasi air, dan perbankan syariah.

Sebelumnya, saat bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, Presiden Jokowi membahas beberapa hal terkait isu ekonomi, termasuk pengembangan potensi ekonomi digital. Menurut Presiden, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi digital terbesar di dunia. Sektor tersebut pun menjadi salah satu prioritas pengembangan ekonomi lainnya. Isu ekonomi lainnya yang diangkat adalah seputar minat Indonesia untuk bergabung dalam kesepakatan Trans Pacific Partnerships.

Menurut catatan BKPM, Amerika Serikat termasuk sepuluh besar negara yang paling banyak menanamkan modalnya di Indonesia. Realisasi investasi Amerika Serikat pada periode Januari-September 2015 sebesar US$ 854 juta. Sementara itu, total investasi Amerika di Indonesia periode 2010-September 2015 sebesar US$ 8,0 miliar dan menduduki peringkat ke-3 (ketiga) di bawah Singapura dan Jepang. (Yas/Zul)**

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini