Sukses

Jika Blok Masela Pakai FLNG, RI Harus Punya Galangan Besar

Jika fasilitas pengolahan gas berupa FLNG, maka pembangunannya akan dilakukan di dalam negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Jika fasilitas pengolahan gas di Blok Masela, Maluku, diputuskan untuk menggunakan metode offshore dengan menggunakan pengolahan terapung atau floating liquefied natural gas (FLNG), maka Indonesia bakal memiliki galangan kapal terbesar. 

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi mengatakan,  terdapat 2 opsi dalam pembangunan fasilitas penyaluran dan pengolahan gas dari Blok Masela. Pertama menggunakan pipa dengan fasilitas pengolahan di darat. Kedua, menggunakan pipa dengan fasilitas pengolahan di atas laut.

Jika fasilitas pengolahan gas berupa FLNG, maka pembangunannya akan dilakukan di dalam negeri. Namun sebelum membangun fasilitas tersebut, yang lebih penting sebelum adalah membangun galangan kapal terbesar dari yang ada sekarang.

"Saat ini galangan kapal besar cuma satu panjangan 380 meter. Kalau kapal ini panjangnya 485 meter," kata Amien, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Selasa (22/9/2015).

Amien mengungkapkan, jika galangan kapal tersebut telah beroperasi maka kedepannya akan mendatangkan manfaat. Pasalnya, ke depan akan ada blok migas yang berproduksi membutuhkan kapal sejenis atau kapal pengangkut yang bisa dibangun di galangan kapal tersebut.

"Melalui ini memperbanyak pabrikasi yang akan banyak membangun kapal FLNG. Kenapa jadi prioritas bagi SKK Migas, karena masa depan ada blok lain juga memerlukan kapal baik dalam bentuk FSO, FSRU, maupun FLNG lebih kecil," tuturnya.

Menurut Amien, pembangunan galangan kapal sangat tepat. Pasalnya, Indonesia adalah negara maritim dan harus memperkuat fasilitas pembuatan kapal. Untuk membangun galangan kapal SKK Migas telah melakukan pembicaraan dengan operator Blok Masela yaitu Inpex Corporation.

"Lokal konten ini diarahkan untuk mendorong pembangunan galangan kapal di Indonesia, karena Indonesia negara maritim SKK Migas berbicara dengan Inpex memperkuat galangan kapal di Indonesia wajar Indonesia memiliki galangan kapal kuat dan banyak sebagi negara maritim," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Kordinator Bidang Kemarintiman Rizal Ramli memerintahkan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengkaji pengembangan infrastruktur gas di Blok Minyak dan Gas Masela, Maluku.

Rizal mengatakan, blok yang diperkirakan beroperasi pada 2024 tersebut memilik banyak kandungan gas dengan potensi mencapai 10,7 triliun cubic feet (tcf). Karena itu, ada rencana membangun infrastruktur pengolahan gas.

Menurut Rizal, jika dihitung secara finansial, balik modal atau Internal Rate of Return (IRR) blok tersebut mencapai 15,04 persen dan menyumbang pendapatan negara hingga US$ 43,8 miliar. "Ini adalah blok gas yang termasuk sangat besar potensinya," kata Rizal.

Ada dua pilihan pembangunan infrastruktur gas tersebut pertama membangun faslitas pengolahan terapung di laut dengan teknologi terbaru yang memakan biaya biaya US$ 19,3 miliar.

"Ada usul dari Shell utk bangun floating unit untuk memproses gas itu di atas laut ini. teknologi ini relatif baru. Shell melakukan di negara lain. Di Indonesia yang kedua," tuturnya.

Ia menambahkan, pilihan kedua adalah membangun jaringan pipa sepanjang 600 kilometer (km) dari Blok Masela yang terletak di Laut Arafuru menuju Pulau Aru dengan investasi US$ 14,6 miliar sampai US$ 16 miliar. "Pipanya itu kita bikin 600 km. Jadi dari lokasi ditemukannya gas, kita bangun pipa ke Aru," ungkapnya.

Untuk memutuskan pilihan tersebut ia menginstruksikan Kementerian ESDM berkoordinasi dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk melakukan kajian pembangunan infrastruktur gas tersebut. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini