Sukses

Rizal Ramli: Harga Avtur Bisa Turun Hingga 12%

Menko Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli akui pengenaan PPN 10 persen mendorong harga avtur cukup tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli menyatakan harga bahan bakar pesawat terbang (avtur) yang dijual oleh PT Pertamina (Persero) kepada maskapai masih bisa diturunkan hingga 12 persen.

Menurut Rizal, harga avtur yang dijual perusahaan plat merah tersebut saat ini tergolong tinggi jika dibandingkan harga internasional. Sehingga wajar jika pemerintah meminta Pertamina menurunkan harga tersebut.

"Memang harga avtur yang djual Pertamina lebih mahal dari harga internasional, sekitar 122 persen," ujar Rizal di Gedung LIPI, Jakarta, Selasa (15/9/2015).

Tingginya harga avtur tersebut, lanjut Rizal, salah satunya disebabkan oleh pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen. Jika besaran PPN ini bisa diturunkan bahkan dihilangkan, maka harga avtur juga bisa diturunkan.

"Memang ada komponen PPN, 10 persen. Mestinya harga avtur itu bisa dikurangi paling tidak 12 persen," lanjut dia.

Untuk itu, Rizal meminta Pertamina mencari cara guna menurunkan harga avtur yang dijualnya. Dengan demikian diharapkan industri penerbangan nasional bisa lebih kompetitif dengan negara lain.

"Pertamina ambil inisiatif, jangan jual terlalu mahal. Karena kalau misalnya beli bukan dari Pertamina, ya Pertamina yang merugi," kata Rizal.

Sebelumnya Menteri Perhubungan Ignasius Jonan juga mendorong PT Pertamina untuk menurunkan harga jual avtur ke maskapai-maskapai yang beroperasi di dalam negeri.

Hal itu lantaran penurunan harga akan mengikuti harga jual internasional yang saat ini dinilai lebih murah dibanding yang dijual oleh Pertamina.

Menurut Jonan, dengan menekan harga avtur, maskapai-maskapai yang beroperasi di Indonesia bisa bersaing dengan maskapai asing yang mendapat pasokan avtur dari negara lain dengan menggunakan harga internasional. Hal ini dinilai tidak hanya berdampak bagi industri penerbangan nasional, tetapi juga berdampak pada industri lain seperti pariwisata. (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini