Sukses

Ringgit Tembus Level Terendah dalam 17 Tahun

Pemerintah membentuk sebuah komite untuk mengantisipasi ketidakpastian ekonomi global.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pemerintah Malaysia bergerak cepat untuk mengatasi pasar keuangan dan modal yang bergejolak akibat tekanan domestik dan eksternal.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak membentuk special economic committee atau komite ekonomi khusus untuk membantu ekonomi domestik dari imbas ekonomi global bergejolak. Komite itu berjumlah sembilan orang.

Komite itu akan dipimpin oleh menteri Abdul Wahid Omar, dan akan langsung melaporkan kepada Najib. Komite ini akan terdiri dari ekonom dan pimpinan perusahaan termasuk Chairman grup CIMB Nazir Razak. Selain itu juga ada CEO Maybank Farid Alias dan Andrew Sheng.

"Ketidakpastian ekonomi global sekarang perlu tindakan lebih responsitf dan tegas. Melihat situasi ini pemerintah memutuskan untuk menangani dan mengurangi dampak global terhadap ekonomi nasional," tulis pernyataan pemerintah seperti dikutip dari laman www.chanelnewsasia.com, Jumat (28/8/2015).

Penanganan itu termasuk menangani Ringgit, menjaga stabilitas pasar, dan memperkuat kepercayaan di pasar modal. Komite ekonomi ini akan bertemu tiap minggu, dan bila diperlukan sering dilakukan pertemuan untuk segera mengusulkan dan membicarakan langkah-langlah perlu dilakukan.

"Yang penting sekarang adalah harus menjadi fokus. Kami membutuhkan tim yang berdedikasi, kerja 24 jam selama tujuh minggu untuk memantau apa yang terjadi," kata Menteri Perdagangan dan Industri Internasional, Mustapa Mohamed.

Kekhawatiran ekonomi terhadap Malaysia ini juga berlanjut mengingat akan ada unjuk rasa besar anti pemerintah pada 29-30 Agustus 2015. Para demonstran mendesak Perdana Menteri Najib Razak untuk mengundurkan diri terkait dugaan korupsi. Demonstrasi Bersih 4.0 dijadwalkan akan dilakukan di tiga kota Malaysia pada akhir minggu, termasuk Kuala Lumpur.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tingkat CDS Meningkat

Jaminan Risiko Investasi Meningkat

Kondisi politik memburuk membuat Malaysia harus membayar lebih terhadap jaminan risiko utang yang mendekati level tertinggi dalam empat tahun.

Credit default swap/cds atau jaminan risiko utang naik 74 basis poin menjadi 180 pada 2015. Ini kinerja terburuk di Asia, dan hampir 40 lebih tinggi dari produsen minyak Meksiko. Grup UBS, salah satu lembaga keuangan internasional juga memprediksikan Malaysia akan lebih menderita ke depan.

"Pergerakan CDS menunjukkan kalau pasar semakin gugup tentang kemampuan bank sentral untuk mengatur aksi jual investor asing dan cadangan devisanya. Situasi Malaysia mungkin sekarang lebih berbahaya," ujar Manik Narain, Analis UBS, seperti dikutip dari laman Bloomberg, yang ditulis Jumat (28/8/2015).

Cadangan devisa Malaysia tercatat di bawah US$ 100 miliar pada Juli 2015, dan ini untuk pertama kali sentuh di bawah US$ 100 miliar sejak 2010.

3 dari 3 halaman

Ringgit Sentuh Level Terendah dalam 17 Tahun

Ringgit Sentuh Level Terendah dalam 17 Tahun

Mata uang Malaysia Ringgit di level RM 4,1990 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat 28 Agustus 2015. Ringgit sempat sentuh level terlemah di kisaran RM 4,2430 pada perdagangan 24 Agustus 2015. Sepanjang 2015, Ringgit berada di kisaran RM 3,1415-4,2995 per dolar AS.

Kurs Ringgit pernah berada di posisi dengan level 17 tahun lalu, dan menjadi mata uang terburuk di kawasan Asia. Bursa saham Malaysia juga ikut tertekan. Indeks KLCI ditutup di level 1,613.80 pada perdagangan Jumat 28 Agustus 2015. Indeks KLCI sempat sentuh level terendah sepanjang 2015 di kisaran 1,532,14 pada 24 Agustus 2015. Dana investor asing keluar dari Malaysia pun mencapai lebih dari US$ 3 miliar sepanjang 2015.

Mata uang Ringgit merosot ke level terendah tersebut seiring kekhawatiran terhadap skandal politik memburuk. Selain itu, Perdana Menteri Najib Razak juga mendapatkan sorotan atas laporan Wall Street Journal adanya pemasukan dana sekitar hampir US$ 700 juta yang masuk ke rekeningnya. Hal ini berhubungan dengan dana investasi negara yang dililit utang yaitu di 1Malaysia Development Berhad.

Surat kabar ini mengatakan kalau sumber dana tidak jelas dan para penyelidik pemerintah tidak memberikan perincian tentang penggunaan dana itu, begitu masuk ke rekening Perdana Menteri Razak.

1Malaysia Development Bhd atau terkenal dengan 1MBD dibentuk PM Razak pada 2009 untuk memperbaiki keuangan dan pembangunan Malaysia. Pada 2014, laporan keuangan 1MBD terdapat beberapa pembayaran yang hilang. Sebagai pemimpin dan penasehat 1MBD, Najib dituduh menerima uang itu.

Selain itu, Ringgit makin terperosok ini juga dipicu dari kabar Abu Dhabi's International Petroleum Investment Co yang mungkin menarik diri dari restrukturisasi utang 1Malaysia Development Bhd sekitar US$ 3,5 miliar.

"Underperformance Ringgit ini dapat disebabkan laporan Abu Dhabi's IPIC yang mungkin menarik diri dari rencana utang 1MDB. Hal itu membuat sulit bagi 1MDB untuk menyelesaikan utang sehingga membebani negara," ujar Kepala Riset Valuta Asing dan Pendapatan Tetap Macquarie Bank Ltd, Nizam Idris.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razik pun menegaskan, kalau Ringgit melemah tersebut tidak mencerminkan fundamental Malaysia. Malaysia tidak hanya mendapatkan sentimen negatif dari internal tetapi juga eksternal.

Harga minyak Brent telah turun 58 persen pada 2015 juga menekan Malaysia mengingat sekitar 22 persen pendapatan negaranya dari minyak. Devaluasi mata uang China Yuan juga menekan aksi jual di pasar berkembang termasuk Malaysia. Ditambah harga komoditas turun 17 persen juga menyakiti produsen terbesar minyak kelapa sawit ini.

 

Dampak ke Indonesia

Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada menuturkan ekonomi Malaysia bergejolak akan berpengaruh terhadap perusahaan-perusahaan yang sudah investasi di Indonesia. Selain itu, ekonomi Malaysia melemah juga menimbulkan persepsi negatif sehingga dapat berpengaruh ke Indonesia. 

"Walau pun ekonomi kita bisa dianggap lebih baik tetapi secara persepsi akan kena juga. Pelemahan Ringgit juga dapat memicu nilai tukar rupiah melemah karena secara sentimen dan persepsi berada dalam satu kawasan," kata Reza saat dihubungi Liputan6.com.

 

(Ahm/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini