Sukses

Harga Sapi Mahal, Pedagang Khawatir Oplosan Daging Celeng

Pedagang pasar menyayangkan pernyataan pemerintah yang sebelumnya menyebutkan pasokan daging cukup untuk beberapa bulan ke depan.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mengaku khawatir dengan kenaikan harga daging sapi yang terus berlangsung Usai Idul Fitri kemarin. mereka khawatir keadaan ini akan dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab untuk mengeruk keuntungan.

Sekretaris Jenderal APPSI, Ngadiran mengatakan, tingginya harga saging sapi bisa mendorong pedagang ambil jalan pintas untuk mendapat daging. Salah satunya, dengan melakukan pengoplosan daging.

"Sejak dua bulan yang lalu kan sering ditemukan kasus pengoplosan daging celeng itu. Kenapa kasus terjadi harganya terlalu mahal. Logikanya begitu," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (11/8/2015).

Sementara, pihaknya menyayangkan pernyataan pemerintah yang sebelumnya menyebutkan pasokan daging cukup untuk beberapa bulan ke depan. "Karena pengawasan tidak benar. Mestinya cukup barangnya, tapi dimana? Tidak dipasarkan dengan wajar," ketusnya.

Untuk menstabilkan harga, pemerintah sendiri menawarkan dua opsi. Pertama, meminta Perum Bulog untuk melakukan operasi pasar. Kedua, memberikan izin impor sapi potong sebanyak 50 ribu ekor.

Ngadiran berharap, dengan adanya pasokan daging yang diperoleh dari impor akan membawa daging ke harga normal sebesar Rp 90 ribu-Rp 100 ribu per kg. "Harusnya bisa, kalau tidak bisa pemerintah dicengin sama swasta," tandas dia.

Sebelumnya, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi juga meminta kepada pemerintah untuk segera menelusuri lonjakan harga daging sapi yang ini. Lantaran harga daging sapi tinggi tersebut bisa saja disebabkan oleh aksi oknum pedagang besar dan importir yang selama ini mengendalikan harga.

"Gonjang-ganjing harga daging sapi, patut diduga dengan kuat karena ulah pedagang besar dan importir, agar pemerintah menambah kuota impor sapi," ujar Tulus di Jakarta, Selasa (11/8/2015).

Menurut dia, kenaikan harga ini bisa saja disebabkan aksi oknum pedagang besar dan importir yang sengaja menahan stok sapi dan daging yang bisa distribusikan ke pasaran dengan tujuan-tujuan tertentu.

"Bahkan sengaja menimbunnya. Pemerintah harus bertindak tegas terhadap pedagang besar dan importir, yang patut diduga memainkan harga dan pasokan daging sapi," kata dia.

Terlebih lagi, lanjut Tulus, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan harga daging di tingkat peternak atau penggemuk (feetlotter) hanya sebesar Rp 40 ribu ribu per kg. Namun begitu sampai ke tangan konsumen sebesar Rp 90 ribu dalam keadaan normal bahkan saat ini mencapai Rp 140 ribu per kg.

"Pemerintah harus membongkar penggelembungan harga daging sapi impor, yang kata Mentan harga asalnya hanya Rp 35 ribu-Rp 40 ribu per kg. Kenapa harga ditangan konsumen (dalam kondisi normal), mencapai Rp 80 ribu-90 ribu per kg? Ini jelas ada supplay chain yang tidak beres," tegas dia.

Solusi ke depannya agar hal-hal seperti ini tidak kembali terulang yaitu Indonesia harus terbebas dari impor sapi dan daging. Menurut Tulus, pemerintah harus memberdayakan para peternak lokal agar mampu menyediakan daging untuk kebutuhan nasional.

"Peternak sapi lokal harus diberikan berbagai insentif atau subsidi, agar lebih produktif. Sehingga kita tidak perlu impor dan mampu berdaulat daging sapi. Tanpa subsidi dan insentif pada peternak sapi lokal, maka kita akan terus bergantung pada daging sapi impor," kata Tulus. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.