Sukses

Harga Nikel Turun, Laba Vale Indonesia Merosot 38%

Kinerja PT Vale Indonesia Tbk tertekan itu juga dipicu dari penurunan harga jual dan produksi nikel pada semester I 2015.

Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan laba periode berjalan turun 38,46 persen menjadi US$ 41,83 juta pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 67,99 juta.

Laba turun itu didorong dari pendapatan melemah 15,09 persen menjadi US$ 41,83 juta pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 482,47 juta.

Dari sisi produksi tercatat mencapai 36.727 metrik ton (MT) pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya 38.828 mt. Sedangkan penjualan turun menjadi 37.046 MT pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya 39.037 MT. Tak hanya itu, perseroan juga mencatatkan harga realisasi rata-rata per metrik ton turun menjadi US$ 11.058 pada semester I 2015.

Khusus produksi kuartal II 2015 mencapai 19.251 metrik ton (MT), atau meningkat 10 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan rencana untuk mencapai target sekitar 80 ribu MT pada 2015. Harga realisasi nikel di kuartal II tersebut, 11 persen lebih rendah dibandingkan kuartal I.

"Kami terus memantau volatilitas harga ini dan lebih penting lagi kami senantiasa berupaya meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya‐biaya," kata  CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk,  Nico Kanter, di Jakarta, Kamis (30/7/2015).

Nico menambahkan, pihaknya juga diuntungkan dengan harga minyak rendah sekarang. Namun, hal ini tidak akan mengurangi tekad perseroan terus melakukan perbaikan lebih lanjut pada semua aspek bisnis.

Selain mendapatkan, keuntungan dari harga lebih murah, biaya bahan bakar rendah, dan pelumas juga mencerminkan peningkatan efiensi operasional yang berkelanjutan. Konsumsi minyak per metrik ton baik untuk HSFO dan minyak diesel relatif stabil dari kuartal sebelumnya. Perseroan bertekad mempertahankan tingkat konsumsi ini. Penurunan komponen biaya lainnya, termasuk biaya persediaan dan karyawan juga memberikan kontribusi terhadap penurunan beban pokok pendapatan.

Upaya-upaya itu menyebabkan perseroan dapat mencatat beban pokok pendapatan kas per unit triwulanan terendah dalam lima tahun terakhir pada 2015.
Akan tetapi, perseroan mencatat laba sebesar AS$ 16,8 juta untuk periode kuartal II 2015, atau turun 33 persen dari kuartal I 2015.

Menurut Nico, selain mengendalikan biaya, untuk mengantisipasi berlanjutnya fluktuasi harga nikel yang tidak menguntungkan saat ini, Perseroan juga senantiasa mengelola arus kasnya dengan hati‐hati.

"Kas dan setara kas Perseroan pada 31 Juni 2015 dan 31 Maret 2015 masing‐masing sebesar US$270,1 juta dan US$328,2 juta sementara Perseroan mengeluarkan sekitar US$27,7 juta di kuartal II 2015 sebagai belanja modal," kata Nico.

PT Vale Indonesia Tbk terus mengevaluasi rencana belanja modalnya di tengah kondisi harga nikel yang rendah. Namun evaluasi ini tidak akan mempengaruhi kepatuhan Perseroan terhadap peraturan, penurunan biaya, produksi atau kelangsungan operasi. Ini termasuk langkah‐ langkah seperti memanfaatkan daya yang tersedia dari pembangkit listrik tenaga air dan debottlenecking pabrik pengolahan Perseroan.

Oleh karena itu manajemen berkeyakinan, Perseroan telah berada di jalur yang tepat untuk melaksanakan strateginya memastikan rencana pertumbuhan jangka panjang yang menguntungkan dengan meningkatkan efisiensi dan keunggulan biaya serta memaksimalkan produksi melalui keunggulan operasional.  

 "Memang Perseroan diuntungkan dengan rendahnya harga minyak sekarang namun hal ini tidak akan mengurangi tekad kami untuk terus melakukan perbaikan lebih lanjut pada semua aspek bisnis," kata Nico. (Pew/Ahm)
                                                                     

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini