Sukses

Organda Cuma Siapkan 30 Ribu Bus Antisipasi Lebaran 2015

Organda memperkirakan daya beli turun mempengaruhi permintaan bus untuk Lebaran 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Angkutan Darat (Organda) berencana menyiapkan sekira 30 ribu bus dalam rangka antisipasi Lebaran pada 2015. Jumlah tersebut merosot dari tahun lalu yang terealisasi sebanyak 32 ribu unit bus.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Organda, Eka Sari Lorena mengungkapkan, perhitungan jumlah bus menjelang Lebaran tahun lalu sebanyak 35 ribu lebih. Namun pencapaiannya di bawah dari itu 32 ribu unit bus. Itu terjadi karena kemacetan jalan raya yang semakin parah dan pembangunan jalan tol Trans Jawa yang mandek.

"Mungkin ada penurunan di tahun ini dari 32 ribu unit bus, bisa jadi 30 ribu saja. Karena daya beli masyarakat sangat menurun tajam," ucap dia usai Launching dan Bedah Buku Membela Angkutan Umum di Pondok Indah Mal, Jakarta, Minggu (3/5/2015).

Eka menambahkan, angka perkiraan itu sudah termasuk orderan dari para perusahaan yang mencarter bus untuk program mudik gratis.  Sementara untuk tarif bus ekonomi menjelang dan pada saat Lebaran, lanjutnya, pasti akan mengalami kenaikan untuk menutupi biaya ekstra kemacetan bukan untuk mencari untung. Sedangkan non ekonomi berdasarkan persediaan dan permintaan.
‎

Dia menyoroti program mudik gratis para perusahaan justru bekerjasama dengan operator di luar anggota Organda. Padahal Organda, kata Lorena, sanggup menyediakan berbagai bus dengan Standar Pelayanan Maksimum (SPM) sesuai aturan.

"Angkutan gratis berangkatnya saja yang dipikirin, tapi pulang mudik harus memikirkan sendiri mau naik apa. Saya juga menyarankan, misalnya Jasa Raharja atau perusahaan lain pakailah jasa anggota Organda. Kita punya SPM, mau bus AC luxury, AC biasa, mau bus dengan  24 kursi dan 63 kursi kita bisa sediakan. Ngobrol saja dengan kita, jangan cuma kalau ada masalah panggil Organda," sindir Eka.

Eka menjelaskan, program mudik gratis yang mengangkut pengguna motor dengan kapal laut sangat bagus untuk menjaga keamanan pengendara. Namun setelah berlayar dan ingin menuju kampung halaman, tentu penumpang membutuhkan angkutan umum.

"Jangan juga semuanya ‎boleh pakai motor, apalagi perjalanan dengan lebih dari tiga jam. Karena mungkin ada masyarakat yang masih membutuhkan waktu berjam-jam untuk sampai ke kampung. Jadi angkutan umum salah satu alternatif," pungkas Eka. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.