Sukses

Uang Muka Rumah Sederhana Diusulkan Turun Jadi 1%

Uang muka rumah sederhana sebesar 10% dinilai masih terlalu tinggi.

Liputan6.com, Semarang - Uang muka rumah sederhana dengan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) sebesar 10 persen dinilai masih terlalu tinggi. Akibatnya realisasi pembangunan rumah rakyat di Jawa Tengah sebanyak 10 ribu unit, tak berhasil dicapai.

DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah berharap pemerintah segera menurunkan uang muka  rumah dari 10 persen menjadi 1 persen.

Menurut Wakil Ketua DPD REI Jateng bidang Perumahan Rakyat, Andi Kurniawan, pengembang bisa segera melakukan pembangunan rumah sederhana dari program FLPP jika aturan tentang uang muka sudah diterbitkan.

"Selama ini pembangunan rumah sederhana memang terhambat tingginya uang muka tersebut. Dengan uang muka yang mencapai 10 persen maka calon pembeli rumah sederhana yang merupakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) akan kesulitan untuk membelinya," kata Andi Kurniawan, Jumat (10/4/2015).

Dari target 10 ribu unit rumah, hingga kini baru terealisasi 3.000 unit. Oleh karena itu, dengan segera disahkannya UM 1 persen tersebut diharapkan pembangunan bisa lebih cepat dilakukan.

"Jika UM turun, tersebut maka masyarakat tidak lagi terlalu terbebani dengan kondisi ekonomi yang sampai saat ini dirasa cukup berat," kata Andi.

Diakuinya, pergerakan ekonomi makro yang masih fluktuatif seperti sekarang ini sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat, salah satunya untuk membeli rumah sederhana.

"Oleh karena itu, kalau UM tidak segera diturunkan tentu kami semakin kesulitan membangun rumah sederhana karena kami tidak mungkin membangun kalau pembelinya saja tidak ada," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua REI Jateng Bidang Tata Ruang Joko Santoso menambahkan, kenaikan harga BBM juga berpengaruh terhadap harga rumah. Pihaknya mengkhawatirkan, jika harga rumah khususnya menengah ke bawah mengalami kenaikan maka penjualannya menjadi terhambat.

"Kenaikan BBM ini sangat berpengaruh terhadap kenaikan harga material bangunan, meski hanya naik sedikit tetapi langsung berpengaruh. Akibatnya, harga rumah juga pasti mengalami kenaikan," katanya.

Meski demikian, pihaknya berharap agar masyarakat mulai menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini mengingat kebutuhan akan tempat tinggal tidak bisa dihindari dan merupakan kebutuhan primer. (Edhie/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.