Sukses

Gudang Garam Kantongi Pendapatan Rp 65 Triliun

Pendapatan naik 17,58 persen pada 2014 mendorong laba bersih tumbuh 24,02 persen menjadi Rp 5,36 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan kinerja positif sepanjang 2014. Perseroan mampu mencetak laba bersih naik 24,02 persen menjadi Rp 5,36 triliun pada 2014.

Kenaikan laba itu ditopang dari kenaikan pendapatan sebesar 17,58 persen dari Rp 55,43 triliun pada 2013 menjadi Rp 65,18 triliun pada 2014. Biaya pokok penjualan naik 16,25 persen dari Rp 44,56 triliun pada 2013 menjadi Rp 51,80 triliun pada 2014. Hal itu mendorong laba kotor tumbuh 23,04 persen menjadi Rp 13,37 triliun pada 2014.

Kenaikan kinerja itu ditopang dari laba kurs menjadi Rp 16,70 miliar pada 2014 dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 12,96 miliar. Pendapatan lainnya naik 9,2 persen menjadi Rp 67,84 miliar pada 2014.

Laba usaha tumbuh 28,18 persen dari Rp 6,69 triliun pada 2013 menjadi Rp 8,57 triliun pada 2014. Dengan melihat kinerja itu, perseroan mencatatkan laba per saham naik menjadi Rp 2.790 per saham pada 2014 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2.250 per saham.

Total liabilitas tumbuh 17,03 persen menjadi Rp 24,99 triliun pada 31 Desember 2014 dari periode 31 Desember 2013 sebesar Rp 21,35 triliun. Ekuitas tumbuh 12,96 persen menjadi Rp 33,28 triliun pada 2014.  Perseroan mengantongi kas naik menjadi Rp 1,58 triliun pada 31 Desember 2014.

Sebelumnya manajemen PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengungkapkan, saat ini produsen rokok juga terhimpit oleh persoalan kampanye anti rokok yang berpengaruh pada semua segmen rokok termasuk SKT. Padahal, industri sigaret kretek tangan memberikan lapangan pekerjaan.

"Kami inginnya SKT dan SKM kuat. Dalam hati kami SKT jauh harusnya lebih kuat karena padat karya. Tapi regulasi dan kampanye sedemikian rupa bikin SKT hancur," terang Wakil Direktur PT Gudang Garam Tbk Slamet Budiono.

Dia pun meminta pemerintah memberikan kebijakan yang tepat untuk mendorong SKT. "Kampanye anti rokok SKT lebih membahayakan high tar dibanding low tar apa anda pilih SKT? Bagi kami , kalau memang pemerintah bijak, SKT harus digalakan karena padat kerja," kata Slamet. (Amd/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini