Sukses

Menteri ESDM Diminta Bela Pertamina Soal Polemik Cilamaya

Pertamina menolak proyek pembangunan Pelabuhan Cilamaya karena berpotensi merugikan Pertamina.

Liputan6.com, Jakarta - Polemik pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, terus berlanjut. Kementerian Perhubungan tetap ngotot untuk membangun pelabuhan tersebut. Namun, PT Pertamina (Persero) menyatakan menolak pembangunan pelabuhan tersebut mengingat banyaknya aktifitas perminyakan di wilayah tersebut.

Ketua Komisi VII DPR RI, Kardaya‎ Warnika mengungkapkan, pertarungan antara Kementerian Perhubungan dengan Pertamina tersebut tidak seimbang. Pasalnya, kewenangan yang dimiliki oleh Pertamina tidak seimbang jika dibanding dengan Kementerian Perhubungan. Oleh sebab itu, Kardaya meminta kepada Menteri Eenergi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said untuk membela dan memberikan dukungan ke Pertamina.

"Kalau mau diskusi jangan Pertamina yang maju, tidak setara. Harus yang sejajar itu Menteri ESDM yang ngotot untuk melindungi sektornya dia, kalau Pertamina yang maju ditunjuk hidungnya sama menteri sudah gemetaran nanti," kata Kardaya di Jakarta, Selasa (10/3/2015).

Sebagai pimpinan Komisi VII yang membidangi persoalan energi, Kardaya menolak rencana pembangunan pelabuhan Cilamaya tersebut. Menurutnya, pembangunan tersebut menganggu pasokan gas ke beberapa wilayah yang selama ini dialiri dari blok Offshore North West Java (ONWJ).

Untuk itu, meski dalam masa reses dirinya akan berkoordinasi dengan Komisi V selaku mitra dari Kementerian Perhubungan untuk dapat menyampaikan mengenai bahaya pembangunan pelabuhan itu. "Karena kami mitranya dengan Menteri ESDM, nanti kami akan panggil Menteri ESDM untuk memperjuangkan sektornya ini,"‎ tegas Kardaya.

Secara pribadi, dirinya memberikan solusi untuk pembangunan pelabuhan Cilamaya tersebut lebih di geser ke wilayah lain di luar Cilamaya, seperti Indramayu ataupun Cirebon.

Pertamina menolak proyek pembangunan Pelabuhan Cilamaya karena berpotensi merugikan Pertamina. Lokasi pembangunan tersebut berada di jalur distribusi gas milik Pertamina sehingga akan menganggu pasokan energi ke industri bahkan pasokan listrik untuk wilayah Jakarta.

"Pupuk Kujang dapat pasokan gasnya dari situ, dia produksi 1 juta ton pupuk untuk pertanian. Kemudian listrik Jakarta juga dari ONWJ. Suplai gas untuk kilang Balongan juga. Kalau ini terganggu, maka BBM juga terganggu," ujar VP Corporate Communication PT Pertamina Ali Mudakir.

Sedangkan Kementerian Perhubungan terus menginginkan agar Pelabuhan Cilamaya tersebut dibangun untuk mengimbangi arus barang di Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta yang diperkirakan akan merus meningkat.

Dalam estimasi Kementerian Perhubungan, pada tahun 2025, arus barang di Priok mencapai 15 juta TEUs dan meningkat mencapai 20 juta TEUs pada 2030. Artinya Pelabuhan Priok sudah tidak mampu menampung jumlah lalu lintas barang. (Yas/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.