Sukses

Untung Petani Cabai Menipis Gara-gara Pungutan Daerah

Struktur ongkos tanaman cabai terbebani dengan biaya-biaya retribusi atau pungutan dari pemerintah daerah (pemda) maupun pihak lain.

Liputan6.com, Jakarta - Struktur ongkos tanaman cabai terbebani dengan biaya-biaya retribusi atau pungutan dari pemerintah daerah (pemda) maupun pihak lain. Meski nilai produksi melampaui total biaya, marjin atau keuntungan petani cabai tergerus semakin tipis.

Kepala BPS, Suryamin dalam paparan lanjutan hasil Sensus Pertanian (ST) 2013 di periode 2014 mengatakan, biaya produksi usaha tanaman cabai per hektare (ha) per musim mencapai Rp 52,1 juta, sedangkan nilai produksi sebesar Rp 77,1 juta.

Komponen paling mahal dalam total biaya produksi, kata dia, ongkos tenaga kerja 47,74 persen. Selanjutnya pupuk menyerap 17,15 persen total biaya, sewa lahan 9,66 persen, mulsa (penutup jaring) 6,26 persen, pestisida 3,92 persen, bahan bakar 1,03 persen dan jaring pelindung 0,08 persen.

"Ada pengeluaran lainnya 8,52 persen untuk sewa alat pertanian, pajak, retribusi atau pungutan yang kemungkinan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, tapi memberatkan usaha pertanian," terang Suryamin di kantornya, Jakarta, Selasa (23/12/2014).

Dilongok lebih dalam, sambung dia, usaha tanaman cabai rawit meraup nilai produksi sebesar Rp 55,2 juta dan biaya produksi sebesar Rp 34 juta. Suryamin mengaku, usaha pertanian cabai rawit lebih menguntungkan dibanding menanam cabai merah.

Namun lagi-lagi upah pekerja menyedot biaya produksi dengan porsi 54,85 persen, sewa lahan 14,23 persen, pupuk 13,74 persen, pengeluaran lain 6,73 persen, benih 4,89 persen, pestisida 2,5 persen.

"Dalam struktur pengeluaran lain, masih ada retribusi yang harus ditanggung petani. Seharusnya pungutan ini ditata, walaupun untuk meningkatkan pendapatan asli daerah jangan dipukul rata," terang dia.

Berbeda, struktur ongkos usaha tanaman bawang merah tersedot ke benih dengan komposisi 35,58 persen, upah pekerja 30,29 persen, sewa lahan 9,30 persen, pupuk 8,04 persen, pestisida 7,66 persen, pengeluaran lain 4,21 persen, bahan bakar 1,02 persen, mulsa 0,86 persen dan jaring pelindung 0,04 persen.

"Total biaya produksi untuk usaha tanam bawang merah Rp 67,2 juta, sementara nilai produksinya mencapai Rp 77,2 juta. Usaha tanaman bawang merah memang lebih rentan," pungkas Suryamin. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.