Sukses

Top 5 Bisnis: Premium Dihapus, Pertamax Banting Harga

Tim Reformasi Tata Kelola Migas merekomendasikan untuk menghapus BBM dengan RON 88 atau dikenal dengan premium.

Liputan6.com, Jakarta - Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi merekomendasikan untuk menghapus bahan bakar minyak (BBM) subsidi dengan RON 88 atau dikenal dengan premium dan menggantikannya dengan Ron 92 atau pertamax.

Dengan penghapusan premium akan membuat harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi seperti pertamax lebih rendah.

Informasi mengenai wacana penghapusan premium ini menjadi berita yang paling diburu pembaca. Artikel lainnya mengenai produk barat yang merugi akibat hantaman krisis di Rusia serta tips 4 sikap yang bikin susah sukses juga memikat hati masyarakat.

Lengkapnya, berikut lima artikel paling populer di kanal bisnis Liputan6.com, edisi Minggu 21 Desember 2014:


1. Hati-hati! 4 Sikap Ini Bisa Bikin Susah Sukses

Penting bagi Anda untuk senantiasa melakukan evaluasi diri agar bisa terhindar dari kegagalan.

2. Produk Barat yang Merugi di Rusia Akibat Hantaman Krisis

Volatilitas mata uang Rusia Rubel membuat perusahaan-perusahaan besar seperti IKEA, GM dan Apple menangguhkan pengembangan bisnis di Rusia.

3. Formula Harga BBM Baru, RI Tak Lagi Impor Premium

Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi merekomendasikan untuk menghentikan impor BBM dengan Ron 88.

4. Premium Dihapus, Harga BBM Non Subsidi Bisa Lebih Murah?

Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi telah memberikan rekomendasi terkait formula harga BBM bersubsidi.

5. Premium Ditiadakan, Impor BBM RI Meningkat

Saat ini kebutuhan Premium dan Pertamax Indonesia 16 juta barel per bulan. kebutuhan tersebut dipenuhi dari kilang dalam negeri dan luar negeri. Produksi minyak dari kilang dalam negeri sebesar 6 juta barel per bulan. Sedangkan sisanya impor 10 juta barel per bulan.

Jika ke depan Ron 88 ditiadakan, dan paling rendah ron yang dikonsumsi 92 maka diperkirakan impor BBM akan meningkat 1 juta barel per bulan. Pasalnya kilang Indonesia yang biasa memproduksi 6 juta premium menurun menjadi 5 juta barel per bulan. (Ndw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini