Sukses

Meski Suku Bunga Naik, Mata Uang Rusia Jatuh 50%

Meski sudah menaikkan suku bunga menjadi 17 persen namun tak bantu Ruble. Mata uang Rusia terus merosot mencapai 50 persen sepanjang 2014.

Liputan6.com, Moskow - Pemerintah Rusia gagal mengendalikan pelemahan mata uangnya. Mengingat mata uang Rusia Ruble telah melemah lebih dari 50 persen sepanjang 2014.

Selama sepekan ini, Ruble telah jatuh 20 persen sejak awal minggu. Pada perdagangan Selasa, Ruble turun 11 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Angka itu paling tajam sejak krisis keuangan Rusia pada 1998.

Akibat krisis pelemahan mata uang yang parah tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin terancam kehilangan kekuatannya di pemerintahan. Sebenarnya untuk mengatasi tersebut, bank sentral Rusia telah melakukan langkah ekstrim.

Salah satunya menaikkan suku bunga acuan sebesar 650 basis poin (Bps) dari 10,5 persen menjadi 17 persen dalam waktu semalam. Hal itu guna melindungi Ruble dari hantaman penurunan harga minyak, resesi, dan sanksi barat atas konflik Ukraina.

Namun langkah itu gagal menghentikan pelemahan Ruble. Tak heran Putin menyalahkan spekulan dan Barat atas ambruknya nilai tukar Ruble.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry menuturkan, sanksi terhadap Rusia bisa dicabut secara perlahan andai saja Putin menunjukkan itikad baik dan mengurangi tekanannya terhadap Ukraina.

"Sanksi ini bisa diangkat dalam hitungan minggu, dan hari tergantung pada pilihan Presiden Putin," ujar Kerry, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (17/12/2014).

Bagi ekonomi Rusia, krisis mata uang berarti resesi yang lebih dalam. Mungkin saja bank sentral dapat menaikkan suku bunga pada 2015. Sementara bagi pengusaha, krisis mata uang menciptakan ketidakpastian dan lemahnya akses terhadap pendanaan. Tentu saja bagi bank sentral artinya krisis kredibilitas.

Krisis mata uang, bagi Putin sendiri memicu hantaman dua pilar selama kepemimpinannya yaitu stabilitas keuangan dan kemakmuran.  (Sis/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.