Sukses

Ingin Bangun Pabrik Gula Rafinasi, RNI Minta Dukungan Menperin

Saat ini RNI mempunyai lahan tebu seluas 20 ribu hektar (ha) di Cirebon, Jawa Barat.

Liputan6.com, Jakarta - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berencana untuk membangun pabrik gula rafinasi. Nantinya hasil produksi pabrik tersebut akan diperuntukkan pasar ekspor.

"Hari ini RNI mengajukan permohonan kepada Menteri Perindustrian agar kami diizinkan untuk mendirikan industri gula rafinasi," ujar Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Senin (13/10/2014).

Dia menjelaskan, alasan ingin membangun pabrik gula rafinasi karena selama ini RNI merasa didiskriminasikan. Saat ini RNI mempunyai lahan tebu seluas 20 ribu hektar (ha) di Cirebon, Jawa Barat. Sementara pabrik gula rafinasi milik swasta yang memiliki izin dari pemerintah banyak yang tidak memiliki lahan tebu sendiri.

Padahal, sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 527 tahun 2004, disebutkan bahwa dalam 3 tahun setelah pendirian pabrik, industri gula rafinasi harus memiliki lahan tebu sendiri.

"Tapi faktanya mereka tetap tidak punya lahan tebu dan tetap eksis dan dibiarkan oleh pemerintah. Ini semacam diskriminasi yang dilakukan negara terhadap BUMN, sementara swasta boleh mendirikan pabrik yang melanggar ketentuan," lanjutnya.

Ismed mengungkapkan, pabrik yang akan dibangun nanti secara total berkapasitas 2.500 ton gula per hari. Namun pada tahap awal, baru akan sebesar 700 ton per hari dengan nilai investasi Rp 400 miliar.

Dana investasi ini merupakan dana patungan antara RNI dengan perusahaan BUMN asal China, dimana RNI memiliki porsi 80 persen, sedangkan sisanya berasal dari perusahaan China tersebut.

"Modalnya kita join dengan BUMN China, 80 RNI dan 20 BUMN China. Tetapi setelah 7 tahun berjalan, 100 persen pabriknya akan jadi milik RNI. Jadi ini sangat menguntungkan buat RNI. Hasilnya produksinya 60 persen-70 persen akan diekspor, salah satunya ke China," jelas dia.

Menurut Ismed, Menteri Perindustrian MS Hidayat memberikan respon yang positif terhadap rencana ini dan berjanji akan segera mengambil langkah agar pabrik ini bisa segera terealisasi.

"Kalau diizinkan, November-Desember 2014, saya sudah siap tanamkan tiang pancang. Kalau kesempatan ini hilang tidak diizinkan, maka selesai peluang itu. Tetapi Pak Hidayat saya rasa merespon positif. Beliau akan segera men-follow up melalui dirjennya untuk diambil langkah-langkah kongkrit untuk respon kami," tandasnya. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini