Sukses

RI Harus Optimalkan Sumur Tua Demi Genjot Produksi Minyak

Fraksi PDI Perjuangan mengkritisi lifting minyak Indonesia yang terus menurun.

Liputan6.com, Jakarta - Fraksi PDI Perjuangan mengkritisi lifting minyak Indonesia yang terus menurun. Demi tingkatkan produksi minyak, pemerintah disarankan mengoptimalisasi sumur minyak tua.

Juru bicara Fraksi PDI Perjuangan dalam Sidang Paripurna Rancangan Undang-Undng Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RUU APBN) 2015, Sayed Muhammad Muliady mengatakan, merosotnya produksi minyak berpengaruh pada pendapatan negara.

Untuk itu, pemerintah perlu melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kembali produksi minyak Indonesia.

"Pemerintah harus mengoptimalkan produksi sumur minyak tua," kata Sayed saat membacakan pandangan fraksi terhadap RUU APBN 2015, di gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/8/2014).

Menurut Sayed, pemerintah harus bisa mencapai produksi gas tahun ini yang ditargetkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2014 mencapai 6.853 juta kaki kubik per hari (mmscfd).

"Lifting gas harus dipenuhi, karena dalam RAPBN lifting gas diturunkan," tuturnya.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengantongi pendapatan negara US$ 20,1 miliar dari sektor hulu migas mencapai US$ 20,1 miliar atau Rp 239 Triliun (kurs: Rp 11.680 per US$ sepanjang semester I 2014.

Plt Kepala SKK Migas Johanes Widjonarko mengatakan, produksi migas Indonesia mencapai 2,043 juta barel minyak per hari (boepd).

Lifting minyak sampai semester I 2014 mencapai 788 ribu barel per hari (bph) masih di bawah target APBN-P 2014 sebesar 818 bph.

"Resume lifting APBN-P 2014, kami disampaikan periode per Juli 2014 minyak bumi APBNP 818 ribu direalisasikan 788 ribu bph 96,3 persen," kata Widjonarko.

Widjonarko menuturkan, untuk realisiasi lifting gas bumi pada periode yang sama malah melampaui target realisasi 7.038 mmscfd sedangkan targetnya 6.853 mmscfd.

"Jika dikonversi ke minyak, target  1.224.000 bph, sedangkan realisasi  1.255.000 bph," ungkapnya. (Pew/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.