Sukses

Peruri Produksi Paspor dan Pengaman Dokumen Luar Negeri

Perum Peruri menyiapkan dana belanja modal sebesar Rp 600 miliar pada 2014.

Liputan6.com, Jakarta - Perum Peruri tidak hanya memproduksi mata uang untuk Indonesia saja, tetapi juga memproduksi paspor dan pengaman dokumen negara lain.

Direktur Teknik dan Produksi Perum Peruri, Atje Muhammad Darjan, permintaan produksi paspor dan pengaman dokumen dari negara lain sangat tinggi. Negara yang saat ini menjadi konsumennya adalah Srilanka dan Nepal.

"Permintaan itu ada, permintaan masih tinggi, untuk paspor. Paspor negara Srilanka, kami buat. Penjajakan dokumen security di Nepal, beberapa dokumen sudah dilakukan dengan Nepal tahun lalu. Tapi sekarang sedang menjajaki pita cukai," kata  Atje, di kawasan bisnis Sudirman, Jakarta, Kamis (3/7/2014).

Selain dua negara tersebut, Peruri juga sedang melakukan penjajakan ke Filipina Timur Tengah dan telah melakukan kerjasama dengan Timor Leste.

"Beberapa waktu lalu MoU dengan Timor Leste. Filipina masih penjajakan. Timur Tengah juga untuk uang paspor semua sifat penjajakan," ungkapnya.

Menurut Atje, dengan melihat permintaan tersebut. Peruri memiliki kesempatan besar untuk melakukan ekspansi ke negara lain.

"Kami sekarang sedang berhitung melihat membuka lini mendedikasikan untuk luar negeri, kami bisa punya peluang kesana, saya kira kesempatan itu ada," tuturnya.

Direktur Utama Peruri, Prasetio  menargetkan pendapatan sepanjang tahun ini sebesar Rp 2,5 triliun. Angka ini naik dibanding tahun lalu sebesar Rp 2 triliun.

"Tahun lalu laba kami sekitar Rp 275 miliar, dimana biasanya kami hanya sebesar Rp 160 miliar. Ini didapatkan perusahaan telah menyelesaikan orderan tertunda di tahun 2012. Untuk tahun ini saja target laba kami Rp 200 miliar," ungkapnya.

Sedangkan untuk belanja modal (capital expediture/capex) Peruri menganggarkan Rp 600 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk penguatan lini produksi terutama dari sisi uang kertas.

"Dananya dari internal 80 persen dan perbankan 20 persen, banknya BRI, BNI, Mandiri," pungkasnya. (Pew/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini