Sukses

Produksi Sepatu RI Menyusut di Semester I

Pengusaha menyebut penurunan jumlah produksi alas kaki tersebut akibat kurangnya perhatian dari pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Produsen alas kaki dalam negeri memperkirakan jumlah produksi sepatu pada semester I-2014 susut jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko memperkirakan jumlah produksi alas kaki semester I ini turun sekitar 10%-15%. "Semester I ini produksinya malah menurun," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Senin (30/6/2014).

Dia menyatakan, penurunan jumlah produksi alas kaki tersebut akibat kurangnya perhatian dari pemerintah dan ditambah dengan adanya kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada industri seperti kenaikan tarif listrik.

"Apalagi anggaran untuk industri yang sampai kepada industri hanya sebesar 30 persen, jadi dananya tidak dapat terserap dan berputar untuk kebutuhan produksi," lanjutnya.

Selain penurunan jumlah produksi, jumlah ekspor produk alas kaki asal Indonesia juga mengalami penurunan hingga 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 1,8 miliar.

Eddy menjelaskan, hingga pertengahan tahun ini juga belum terlihat adanya investasi baru untuk industri alas kaki, khususnya di wilayah Jabodetabek.

Para investor tersebut memperhitungkan selisih upah minimum regional (UMR) di Jabodetabek dengan daerah yang berkisar Rp 1 juta per orang per bulan.

Menurut dia, jika pengusaha memiliki 2.000 karyawan, maka harus mengeluarkan uang perbulan Rp 2 miliar. Sehingga dalam setahun pengeluaran mencapai Rp 24 miliar. Sedangkan jika berinvestasi tanah di Jawa Timur dan Jawa Tengah rata-rata membutuhkan dana Rp 40 Miliar.

"Pengusaha yang sudah ada saja tidak mau lagi bekerja karena rugi. Selain itu sudah banyak juga yang lari keluar negeri," tandas dia. (Dny/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.