Sukses

Harga Murah, Yusron Usul RI Beli Alat Pertahanan dari Jepang

Selama ini, untuk mendapatkan komponen alat-alat pertahanan, Indonesia selalu mendapatkannya dari negara barat seperti Eropa dan Amerika.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia akan mengajak kerjasama Pemerintah Jepang untuk mengembangkan industri pertahanan Tanah Air. Langkah ini dilakukan setelah Jepang melonggarkan larangan ekspor alat-alat pertahanan.

Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra menjelaskan, pelonggaran aturan tersebut perlu dimanfaatkan secara maksimal oleh Pemerintah Indonesia."Selama 50 tahun mereka melarang ekspor alat pertahanan," tuturnya saat berkunjung ke kantor Liputan6.com, Senin (26/4/2014).

Untuk melancarkan rencana tersebut, Yusron sudah mengajak bertemu beberapa perusahaan di bawah naungan badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memungkinkan untuk ikut serta dalam kerjasama pengembangan industri pertahanan tersebut.

"Saya sudah bertemu sama PT PAL Indonesia, PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad untuk membicarakan rencana tersebut," tambahnya.

Menurut Yusron, banyak keuntungan yang bisa didapat oleh Indonesia jika kerjasama ini bisa dilaksanakan. Salah satunya adalah bisa pelakukan penghematan anggaran karena mesin-mesin dari Jepang terbukti lebih murah dibanding dengan mesin Eropa.

Selama ini, untuk mendapatkan komponen alat-alat pertahanan, Indonesia selalu mendapatkannya dari negara barat seperti Eropa dan Amerika. Contohnya, untuk melengkapi Panser Anoa yang menjadi kebanggaan Indonesia, Pindad harus mengimpor mesin dari  Renault Trucks Defense dari Perancis.

"Dengan Jepang nanti Pindad bisa menggunakan mesin dari Mitsubishi yang harganya lebih murah," tambah Yusron. Dalam estimasinya, penghematan anggaran bisa mencapai 20%-30%.

Selain di bidang pertahanan, pria kelahiran Belitung Timur ini juga mengungkapkan akan mempertinggi kerjasama bidang pertanian. Dalam industri tersebut, teknologi Jepang sudah terbukti.

"Negara kita yang musim panennya bisa sampai dua kali harus punya teknologi yang tinggi di bidang pertanian," pungkasnya. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.