Pintu UGM Tertutup untuk Gus Dur

Lawatan Presiden Wahid ke UGM gagal dilangsungkan karena pintu kampus ditutup ratusan mahasiswa. Para mahasiswa tak mau kampus dijadikan lahan mencari dukungan.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Feb 2001, 21:19 WIB
Liputan6.com, Yogyakarta: Presiden Abdurahman Wahid batal mengunjungi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Jumat (16/2) siang. Lawatan tersebut batal lantaran diprotes ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kontra Politisasi Kampus. Para pengunjuk rasa menutup empat pintu masuk UGM karena menganggap Presiden Wahid mencari dukungan dari kalangan akademisi dan mahasiswa.

Akibat peristiwa itu, rencana Presiden Wahid berceramah sekaligus mencanangkan Gerakan Pelestarian Pohon Meranti gagal digelar. Selanjutnya, Presiden Wahid bersama rombongan langsung menuju Asrom Galeri, tempat pameran kerajinan rakyat digelar.

Sebelumnya, Presiden Wahid dan Sinta Nuriyah, istrinya, memulai lawatan dengan mengunjungi Hutan Penelitian milik UGM di Desa Banaran, Playen, Gunung Kidul. Ketika itu, Presiden disambut pejabat musyawarah pimpinan daerah setempat dan mendengarkan penjelasan pakar konservasi UGM Oemi Haniin Soeseno. Dalam kesempatan itu, Presiden Wahid menyatakan keinginan pemerintah menghidupkan kembali hutan di Nusatenggara Timur. Sebab, hutan di sana dinilai sudah punah dan digantikan padang savana.

Berkaitan dengan pemulihan tersebut, Presiden mengaku telah menjajaki kerja sama dengan pemerintah Australia. Bahkan pemerintah sudah mengadakan pembicaraan dengan Menteri Perdagangan Australia. Dalam pertemuan tersebut, pemerintah Australia sepakat membantu realisasi gagasan lewat sebuah perjanjian perdagangan.

Agar kesepakatan tersebut terealisasi, Presiden Wahid meminta sejumlah pakar kehutanan UGM membantu upaya penghutanan kembali hutan di NTT. Caranya, dengan menularkan keberhasilan menanam pohon cendana dan meranti. Presiden pun menanam pohon meranti di Wanagama sebagai tanda pelestarian pohon bagi hutan di Indonesia. Selepas itu, Presiden Wahid beserta rombongan melanjutkan perjalanan ke Plered, Bantul dan menunaikan salat Jumat di Kagungan Dalem Mesjid Agung Wonokromo.

Sementara itu, di Gedung DPR Jakarta, sejumlah pimpinan Fraksi DPRD Sulawesi Selatan malah menyerahkan 100 lembar foto Presiden Wahid kepada pimpinan DPR. Foto-foto dari berbagai ukuran tersebut adalah hasil sweeping mahasiswa Sulsel di sejumlah instansi pemerintah dan lembaga pendidikan. Tujuan penyerahan foto itu adalah sebagai bentuk penolakan masyarakat Sulsel terhadap kepemimpinan Presiden Wahid. Setumpukan foto Gus Dur tersebut langsung diterima Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno.

Pada saat yang hampir bersamaan, puluhan massa dari Brebes, Jawa Tengah juga tiba di gedung rakyat itu. Massa yang menamakan diri sebagai Gerakan anti-Orde Baru itu mendesak DPR segera mencabut memorandum kepada Presiden Wahid. Mereka juga menyatakan siap mendukung kepemimpinan Presiden Wahid hingga 2004.(AWD/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya