Pemanfaatan Aplikasi demi Indonesia Menjadi Penghasil Lada Nomor 1 di Dunia

Saat ini, Indonesia masih menempati posisi kedua penghasil lada di dunia, di bawah Vietnam.

oleh Henry diperbarui 02 Apr 2021, 12:01 WIB
ilustrasi manfaat lada hitam untuk diet/pexels

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tercatat sebagai negara eksportir lada terbesar kedua di dunia. Kita juga patut berbangga dengan pencapaian suplai salah satu jenis rempah ini hingga 78.000 ton per tahun untuk pasar domestik dan global. Seiring naiknya permintaan pasar terhadap biji lada, diprediksi komoditas ini akan terus menjadi salah satu sektor perekonomian dengan volume ekspor yang signifikan.

Namun, peluang emas ini bukan tanpa tantangan tersendiri. Ada banyak hal yang membuat Indonesia masih harus berusaha keras untuk menjadi yang terdepan dalam hal rempah.

"Negara kita termasuk kaya dengan rempah, bahkan Maluku disebut-sebut sebagai ibu kandung dari rempah-rempah dunia. Sayangnya, kelimpahan kekayaan tersebut belum bisa menjadikan Indonesia menjadi produsen rempah-rempah nomor satu di dunia. Saat ini, kita ada di urutan keempat di dunia, sedangkan lada kita nomor dua di dunia," terang Fikry Cassidy selaku Deputy Chief of Mission Kedubes RI Den Haag, Belanda, dalam peluncuran virtual aplikasi SpiceUp, Kamis, 1 April 2021.

Fikry meyakini lada berpotensi besar untuk mengangkat nama Indonesia. Syaratnya tentu melakoni berbagai usaha untuk mencapai tujuan tersebut. "Kami dari pihak KBRI Den Haag, Belanda, ikut mendukung usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut karena bisa mengangkat nama Indonesia di dunia sekaligus meningkatkan kesejahteraan para petani kita," lanjutnya.

Beberapa hal yang menghambat perkembangan tumbuhan rempah terutama lada di Indonesia di antaranya adalah faktor cuaca, irigasi, penyakit hama dan tanaman, hingga Good Agricultural Practice (GAP) yang masih harus disosialisasikan ke komunitas bisnis lada, khususnya para petani lada.

Salah satu solusi untuk mengatasi berbagai masalah tersebut adalah membuat aplikasi SpiceUp yang diluncurkan pada Kamis, 1 April 2021. Aplikasi ini akan menampilkan geodata yang mudah diakses oleh petani lada di lokasi perkebunan yang berbeda-beda.

CEO dari Verstegen Spices & Sauces B.V., Michel Driessen mengaku optimistis aplikasi itu menjadi terobosan yang bermanfaat bagi petani dan juga pemangku kepentingan lainnya, termasuk para kolektor dan pengusaha.

"Dengan kombinasi teknologi satelit, data lokasi dan survei lapangan, pengguna dapat mengandalkan SpiceUp untuk mengakses informasi spesifik seputar prediksi cuaca, saran pengelolaan air, tanah dan hama penyakit, rekomendasi GAP, traceability (keterlacakan) dan harga pasar yang menguntungkan posisi petani kecil," jelasnya dalam kesempatan yang sama.

Selain dihadiri oleh partner konsorsium di Indonesia dan Belanda, acara ini juga mengundang beberapa petinggi pemerintahan termasuk dari Kementerian Dalam Negeri RI, Kementerian Pertanian RI, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Uni Eropa, dan Kerajaan Belanda.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

2 dari 3 halaman

Pengembangan Pertanian Cerdas

Kaya akan Lada dan Rempah Lainnya, Indonesia Belum Jadi Nomor 1 di Dunia. foto: dok. SpiceUp

Mewakili Kementerian Pertanian, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Fadjry Djufry menuturkan bahwa Indonesia masih tertinggal sekitar 150.000 hektare dan produksi/hektare dibandingkan Vietnam. Hal itu patut menjadi pekerjaan rumah bagi semua jajaran, termasuk pemerintah daerah.

"Kami sudah merilis 10 varietas lada unggul di beberapa provinsi dan berharap inisiatif SpiceUp termasuk dalam salah satu upaya perbaikan produktivitas melalui berbagai program teknis, peningkatan ekspor dan inovasi untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia", tutur Fadjry.

Pendapat hampir senada juga dikatakan A. Fatoni, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dari Kementerian Dalam Negeri, yang menegaskan pentingnya inovasi untuk peningkatan daya saing komoditas, kesejahteraan petani dan kemajuan ekonomi sesuai visi dan misi Presiden Jokowi Selain itu,

"Pemerintah daerah berkewajiban untuk menumbuhkankembangkan inovasi, memberi stimulasi dan menciptakan iklim kondusif di wilayahnya demi memfasilitasi SDM untuk menciptakan inovasi yang kolaboratif," ucap A. Fatoni.

Hal ini yang menjadi dasar yang kuat untuk mendorong aplikasi SpiceUp dalam pengembangan pertanian cerdas berbasis teknologi atau smart agriculture, khususnya untuk budidaya lada Indonesia. Ia juga mengatakan akan memfasilitasi bimbingan teknis kepada petani di sentra penghasil lada utama di Indonesia melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi. Harapannya, akan lebih banyak lagi para petani, terutama petani lada, yang memanfaatkan teknologi digital dan bisa menerapkan berbagai rekomendasi di kebun mereka.

Selain itu, kebun percontohan skala kecil di lahan petani juga akan dikembangkan di beberapa wilayah di provinsi Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur sebagai media pembelajaran petani secara langsung mengenai penerapan saran dan rekomendasi yang diberikan oleh aplikasi tersebut.

3 dari 3 halaman

Infografis Diplomasi Lewat Jalur Kuliner

Diplomasi Lewat Jalur Kuliner (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya