Pembangunan Jalan Tol Serpong-Balaraja Untungkan Bisnis Properti di Tangerang

Tol Serpong-Balaraja akan dibangun dengan III seksi.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 11 Jan 2021, 12:40 WIB
Suasana pembangunan Jalan Tol Serpong-Cinere yang melintasi wilayah Serpong (Jombang), Serua, Ciputat, Pamulang, dan Pondok Cabe/Cinere di Tangerang Selatan, Selasa (31/3/2020). (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan jalan tol Serpong-Balaraja (Serbaraja) yang saat ini masih berlangung dengan panjang mencapai 39,8 kilometer tentunya akan memudahkan dan membuat kawasan yang dilintasinya kian berkembang. Termasuk untuk pengembangan usaha properti di kawasan Kabupaten Tangerang.

Dalam pengembangannya, Tol Serpong – Balaraja akan dibangun dengan III seksi atau tahapan. Adapun tahap I dibangun BSD City (Serpong) – Legok dengan panjang 11,3 kilometer tahap ke II yang menghubungkan Legok – Tigaraksa selatan sepanjang 10,7 kilometer.

Kemudian yang terakhir tahap ke III dengan panjang 17,8 km yang menghubungkan Tigaraksa Selatan – Balaraja.

Menurut Anton Sugianta, Direktur Wida Agung Group menegaskan, pembangunan jalan tol Serpong – Balaraja akan membuat Kabupaten Tangerang diuntungkan. "Karena semakin berkembang dan mudah dijangkau, sehingga akan menjadi menjadi sasaran investasi yang menjanjikan," ujarnya, Senin (11/1/2021).

Sebelumnya, menurut Anton, salah satu kawasan di Kabupaten Tangerang yaitu Legok yang dalam beberapa tahun ini telah menjadi magnet baru bagi masyarakat dalam mencari hunian maka akan kian diminati. “Kawasan ini dikelilingi oleh pengembangan proyek properti skala besar seperti BSD City, Gading Serpong dan Karawaci. Dan Legok, lokasnya nempel dengan ketiga kawasan tersebut,” imbuh Anton.

Menurutnya lagi, harga hunian, khususnya landed house di Legok masih terjangkau, kebanyakan harganya di bawah Rp500 jutaan.

"Nah, melihat potensi ini Wida Agung Group sejak beberapa tahun lalu telah mempersiapkan proyek perumahan dengan harga tertjangkau. Dengan konsep real estate modern, proyek Wida Agung yang terbaru ini bernama Widari Village dengan harga mulai Rp400 jutaan,” tuturnya.

Kawasan baru yang dikembangkan di atas lahan seluas 15 hektar rencananya akan terdiri dari 1.000 unit dengan beragam tipe.

Menurut Rita Megawati, Konsultan Pemasaran dari LJ Hooker Gading Serpong yang menjadi kordinator pemasaran Widari Village menyatakan bahwa proyek ini berbeda dengan proyek yang sudah ada di Legok dengan harga sama.

“Konsepnya sangat modern, namun memiliki beragam fasilitas yang memanjakan, ada jogging track yang mengelilingi danau, gym, club house, taman bermain di tipa cluster, area komersial dan lainnya,” jelasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Penjualan Rumah Anjlok 60 Persen Gara-Gara Pandemi

Sebuah maket perumahan di tampilkan di pameran properti di Jakarta, Kamis (8/9). Sepanjang semester I-2016, pertumbuhan KPR mencapai 8,0%, sehingga diperkirakan pertumbuhan KPR hingga semester I-2017 menjadi 11,7%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Wakil Ketua Umum Asosiasi Real Estat Indonesia (REI), Hari Ganie, menyebut sektor properti, khususnya perumahan, sampai saat ini masih terdampak parah akibat pandemi Covid-19. Dia pun memprediksi kondisi sulit ini masih terus berlangsung hingga dua tahun mendatang.

"Per hari ini sektor kami ini, sektor perumahan properti sangat terdampak dari awal 2020 sampai hari ini. Dan kami perkirakan sampai satu tahun, dua tahun kedepan masih juga terdampak," ujar diadalam acara Talkshow Interaktif Membedah Pengaduan Konsumen 2020, Jumat (8/1/2020).

Hari mengatakan, pil pahit ini tecermin dari turunnya tingkat penjualan rumah hingga sebesar 60 persen. Bahkan, untuk perhotelan penurunan tingkat penjualan telah menembus angka 95 persen

"Jadi, bisa dibilang kita menghadapi masa-masa yang paling kelam lah yang kita hadapi saat ini. Kami sektor perumahan bisa penjualannya terpotong sampai 50-60 persen. Dan sektor non perumahan, apalagi perhotelan itu sampai 95% terpotongnya penjualannya," keluhnya.

Oleh karena itu, dia meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPR, untuk dapat menghadirkan regulasi yang mampu mengakomodasi keseimbangan dan keberpihakan antara pengembang, konsumen, dan regulator misalnya pemerintah daerah. Sehingga mampu meringankan beban pelaku usaha properti di masa kedaruratan kesehatan ini.

Tak hanya itu, pemerintah melalui Kementerian Keuangan juga diminta mampu memberikan regulasi terkait keringanan pajak bagi sektor properti. "Jadi keseimbangan regulasi kunci daripada menyelesaikan permasalahan yang muncul di sektor perumahan," tukasnya.

Merdeka.com

Sulaeman 

3 dari 3 halaman

OJK: Bunga KPR Sudah Turun

Tren peningkatan pencarian properti seperti rumah dan apartemen di Bogor memang cukup menarik di tahun kemarin.

Suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) bukan menjadi masalah utama bagi masyarakat yang ingin membeli rumah. Masalah utama dari masyarakat saat membeli rumah lebih kepada daya beli atau pendapatan yang rendah.

"Bahwa suku bunga ini penting iya, tapi sebenarnya bukan menjadi kendala utama masyarakat," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, dalam diskusi Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional Melalui Sektor Perumahan, Senin (28/12/2020).

Besaran bunga KPR sendiri selalu diturunkan perbankan dari tahun ke tahun. Pada 2014 lalu misalnya. Suku bunga kredit pada waktu itu rata-rata di perbankan mencapai 12,92 persen. Sementara itu, pada Oktober 2020 menjadi hanya sebesar 9,81 persen.

Bahkan, Wimboh melanjutkan, jika disandingkan dengan kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia, suku bunga kredit perbankan masih sangat rendah. Sebab, saat BI rate naik pada 2018, bunga kredit tidak ikut naik.

Pada 2018, BI rate tercatat naik menjadi 6 persen dari 2017 sebesar 4,25 persen. Sementara itu bunga kredit bank pada 2018 sebesar 10,83 persen sedangkan pada 2017 sebesar 11,3 persen.

"Kita minta meski BI rate naik saat itu pernah menjadi 6 persen, bunga kredit kita tahan tidak boleh naik dan akhirnya BI rate berangsur-angsur turun jadi 3,75 sehingga ini kita yakin bunga kredit turun," tutur Wimboh.

OJK terus mendorong supaya bunga kredit perbankan terus mengalami penurunan. Apalagi, saat ini likuiditas mereka juga lebih dari cukup.

"Karena pemerintah dan BI melakukan kebijakan yang akomodatif tentang likuiditas sehingga kalau likuiditas melimpah ini suku bunga turun dan cost juga akan turun," tegas dia. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya