Kisah Evan Dimas, Pernah Diminta Berhenti Ikut SSB

Orang tua Evan Dimas sempat memintanya tidak melanjutkan kegiatannya di sekolah sepak bola karena faktor ekonomi.

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 07 Jun 2020, 17:25 WIB
Gelandang Timnas Indonesia, Evan Dimas, menggiring bola saat melawan Singapura pada laga Piala AFF 2018 di Stadion Nasional, Singapura, Jumat (9/11). Singapura menang 1-0 atas Indonesia. (Bola.com/M. Iqbal Ichsan)

Jakarta - Karier Evan Dimas Darmono sebagai pesepak bola profesional tidak berjalan dengan mulus. Orang tuanya pernah meminta pemain Persija Jakarta ini berhenti dari sekolah sepak bola (SSB) ketika masih kecil.

Lahir dan besar di Surabaya, Evan Dimas sudah menggeluti dunia si kulit besar sejak cilik. Dulu, pemain Persija Jakarta itu bermain sepak bola ala kadarnya, sama seperti anak-anak seusianya, yakni tanpa alas kaki di lapangan kampung.

Ia lalu memutuskan untuk masuk SSB mulai kelas 4 SD. Evan Dimas menceritakan, SSB pertamanya adalah Sasana Bakti. Ia diajak oleh pamannya yang tinggal di Surabaya.

"Di daerah saya tumbuh besar banyak pemain sepak bola, mereka bisa membanggakan kampungnya, keluarganya, Indonesia. Dari sana saya termotivasi, saya merasa lewat sepak bola saya bisa mengangkat derajat keluarga saya," kata Evan Dimas lewat kanal YouTube Garuda Nusantara.

"Saya mulai dari sepak bola di kampung-kampung. Lalu saya ikut SSB. Dari situ saya merasa kalau sepak bola bisa mengubah hidup saya. Pertama saya ikut SSB Sasana Bakti dari SD kelas 4 sampai SMP kelas 1. Lalu saya pindah ke SSB Mitra Surabaya," ujarnya lagi.

Keputusannya untuk pindah SSB disebabkan oleh banyak faktor. Evan Dimas menuturkan, SSB Mitra Surabaya lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Akan tetapi, persoalan tak lantas berhenti di situ saja.

Orang tua Evan Dimas sempat memintanya untuk tidak melanjutkan kegiatannya di SSB. Ekonomi keluarga dirasa tak cukup untuk membiayai aktivitas tersebut.

"Orang tua saya selalu mendukung, cuma pada waktu itu saya terkendala materi, sebab latihan sepak bola kan butuh uang, butuh sepatu bola. Jadi awalnya orang tua sempat menyuruh saya untuk berhenti di SSB, cukup sepak bola kampung saja. Tapi saya ngotot untuk tetap di SSB," lanjutnya.

"Pengeluarannya banyak sekali. Belum uang bulanan, kendaraan, biaya beli sepatu karena kan ukuran sepatu berubah saat kecil menuju remaja. Cara mengatasinya pakai sepatu yang apa adanya. Pernah saya beli sepatu seharga Rp20 ribu, terus malah kebesaran. Saya akali bagian depannya saya kasih kain biar muat di kaki saya," kata Evan Dimas lagi diselipi tawa.

2 dari 2 halaman

Pemain Panutan Evan Dimas

Ahmad Bustomi saat debut dengan Persela di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang (11/2/2020). (Bola.com/Iwan Setiawan)

Mengenai role model, Evan Dimas mengaku awalnya tidak memiliki satu sosok idola, baik di dalam maupun di luar lapangan. Namun, seiring berkembangnya karier, ia memilih Ahmad Bustomi.

Evan Dimas mengatakan, selain karena posisinya sama, Ahmad Bustomo dinilainya memiliki gaya bermain yang bagus dan sesuai dengan karakternya. Tindak-tanduknya di luar lapangan juga membuat Evan menjadikan Bustomi sebagai panutan.

"Sejujurnya saya tidak banyak tahu pesepak bola terkenal waktu SD. Makin berjalan, mulai SMP, saya pernah melihat Ahmad Bustomi, kebetulan posisinya sama dengan saya, seorang gelandang, waktu itu saya nonton dia mainnya sangat bagus," Kata Evan Dimas

"Pernah ketemu juga sama dia, orangnya sangat baik di dalam dan luar lapangan," lanjutnya.

Disadur dari Bola.com (Penulis / Editor Gregah Nurikhsani, Published 7/6/2020)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya