Anies Baswedan: Pembangunan Jakarta Usai Covid-19 Akan Bergeser ke Transit Oriented

Adanya pandemi ini, kata Anies juga menyadarkan bahwa ekonomi yang sejalan dengan lingkungan atau ekonomi hijau (green economy) merupakan sesuatu yang penting.

oleh Yopi Makdori diperbarui 16 Mei 2020, 12:26 WIB
Gubernur DKI Anies Baswedan melepas petugas haji DKI Jakarta. (Liputan6.com/Nabila)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membeber kondisi ibukota pasca terjadinya pandemi Covid-19 kelak. Menurut dia, Jakarta post-pandemi adalah kota yang bergantung pada teknologi digital. Bahkan menjadi gaya hidup sehari-hari dari warganya.

Adanya pandemi ini, kata Anies juga menyadarkan bahwa ekonomi yang sejalan dengan lingkungan atau ekonomi hijau (green economy) merupakan sesuatu yang penting.

"Kita menyaksikan Jakarta yang langitnya biru, Jakarta yang polusinya rendah itu untuk saat ini sangat terasa. Jadi pada satu sisi kita ada krisis, di sisi lain kita menyaksikan inilah test of the future," ungkap Anies dalam sebuah diskusi online, Sabtu (16/5/2020).

Anies menerangkan, masa depan Jakarta pasca pengetatan atau pelonggaran usai PSBB akan banyak yang mengubah cara pandang dalam bekerja dan juga cara menyusun tata kota. Hal ini juga menurutnya akan mengubah banyak cara pemangku kebijakan dalam menyusun sebuah aturan.

Sebagai contoh, lanjut Anies, Jakarta ini dibangun atas dasar konsepsi car oriented development atau pembangunan yang mengutamakan sarana untuk mobil.

"Car oriented development itu dibangun jalan raya yang bagus, aspalnya yang bagus, jalan raya sampai ke mana-mana karena semua orang naik kendaraan pribadi," jelasnya.

Sementara masa pasca pandemi Covid-19, kata Anies pembangunan kota akan mengarah pada transit oriented development atau pembangunan kota yang mengutamakan transportasi publik dibandingkan kendaraan pribadi.

"Jadi kita melalui transformasi tuh, dari car oriented ke transit oriented," papar Anies Baswedan.

2 dari 2 halaman

Perubahan Paradigma

Hal ini dapat tercermin dari perubahan paradigma pembangunan gedung yang mensyaratkan bahwa bangunan yang berdekatan dengan fasilitas transportasi umum saja yang diperkenankan untuk membangun bangunan yang luas dan tinggi.

Jadi semakin bangunan itu dekat dengan terminal atau stasiun misalnya maka makin diizinkan untuk membangun bangunan dengan tinggi dan luas yang cukup besar.

"Cara pandang baru, kalau dekat stasiun gedungnya boleh tinggi, kalau dekat terminal apartemennya boleh tinggi. Itu asumsinya orang bisa jalan kaki, yang di bangun bukan hanya jalam raya, tapi juga jalan untuk kaki," terangnya.

"Nah ke depan kita bergeser dari tadi yang car oriented, lalu transit oriented, masa depan ini bisa jadi kita masih lihat lagi, bisa jadi digital oriented development," sambungnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya