Mahasiswa Unair Banyuwangi Bikin E-Nagya, Solusi Produksi Bersih UMKM

Pengguna aplikasi tersebut terdapat dua jenis yaitu Dinas Lingkungan Hidup sebagai pengguna aktif utama untuk mengontrol limbah dari UMKM, mulai dari limbah air, udara, dan yang lainnya.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 05 Des 2019, 04:00 WIB
Pekerja menyelesaikan produksi kulit lumpia di rumah industri Rusun Griya Tipar Cakung, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM terus mendongkrak UMKM dengan menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) berbunga cukup rendah, yakni 6 persen. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Surabaya - Limbah merupakan salah satu isu yang masih menjadi permasalahan utama di Indonesia, begitupun di Banyuwangi. Untuk itu, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Di luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Airlangga, mengungkapkan kepeduliannya terhadap masalah tersebut dengan menginisiasikan sebuah aplikasi bernama E-Nagya.

"Alasan terbentuknya aplikasi ini untuk memudahkan dinas lingkungan dalam controlling kesehatan lingkungan pada UMKM atau perusahaan-perusahaan terhadap limbah. Di dalam E-Nagya dapat dilihat bahwa limbah yang dihasilkan apakah memiliki nilai BML (Baku Mutu Lingkungan) yang melebihi standar atau tidak,” ungkap Eqia Arum Azzahro, salah satu perwakilan tim, Selas, 3 Desember 2019. 

Di dalam E-Nagya, menurut dia, terdapat informasi mengenai pengelolaan produksi bersih yang lebih merujuk pada buah naga. Karena, Banyuwangi merupakan penghasil komoditas buah Naga terbesar di Indonesia.

Namun ketika panen, hasil produksi yang sangat berlimpah tersebut seringkali tidak digunakan dengan baik. Sehingga keberlimpahan tersebut justru menambah jumlah limbah itu sendiri. 

"Inovasi ini digagas agar buah naga dapat dikelola dengan baik , di produksi sesuai dengan standar, mulai dari buah hingga kulit. Dengan harapan nantinya dapat terwujud produksi bersih dengan tidak menghasilkan limbah satupun,” lanjutnya.

Pengguna aplikasi tersebut terdapat dua jenis yaitu Dinas Lingkungan Hidup sebagai pengguna aktif utama untuk mengontrol limbah dari UMKM, mulai dari limbah air, udara, dan yang lainnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Faktor yang Pengaruhi

Pekerja menyelesaikan produksi kulit lumpia di rumah industri Rusun Griya Tipar Cakung, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Penyediaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah diharapkan dapat menjadi peluang bagi pelaku UMKM dalam mengembangkan bisnis dan daya saing. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Tampilan yang dapat dilihat adalah kadar-kadar BML dari UMKM yang ada di banyuwangi, lalu menindaklanjuti apabila melebihi standar.

"Selanjutnya, Pengguna pasif yaitu pemilik UMKM. Terdapat fitur informasi pengelolaan limbah yang baik, produksi bersih yang benar seperti apa, serta dapat melihat informasi dari dinas, apakah BML sudah sesuai atau belum, dan jika belum nantinya diberikan solusi oleh DLH," ujar dia.

Ada beberapa faktor yang dipengaruhi akibat masalah limbah tersebut. Dalam sektor ekonomi, dapat terjadi penurunan permintaan pada masyarakat sehingga memungkinkan kemunduran produksi akibat menurunnya laba yang didapatkan oleh UMKM.

Sedangkan kesehatan, dengan adanya limbah tersebut, dapat mempengaruhi banyaknya penyakit timbul akibat lingkungan yang kotor.

"Output yang diharapkan, nantinya UMKM bisa memproduksi dengan baik dan bersih tanpa meninggalkan limbah di hasil produksi nya. Masyarakat bisa menggunakan dengan baik, yang nantinya akan berdampak pada produksi UMKM itu sendiri. Apabila banyaknya UMKM yang menggunakan aplikasi ini, maka membantu dalam perwujudan generasi 4.0," ujar dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya