Tak Ada Indonesia dalam Daftar 50 Negara Tersehat di Dunia

Tampaknya, permasalahan kesehatan di Indonesia belum bisa membuat Indonesia berada di daftar 50 negara tersehat versi Bloomberg

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 03 Mar 2019, 16:00 WIB
Indonesia tidak masuk dalam 50 negara tersehat Bloomberg (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Indeks negara tersehat Bloomberg terbaru menempatkan Spanyol sebagai negara paling sehat di dunia. Sayangnya, dari daftar tersebut, Indonesia tidak masuk 50 besar.

Mengutip laman Bloomberg pada Minggu (3/3/2019), Spanyol berada di urutan pertama setelah sebelumnya berada di peringkat ke enam di 2017. Skor kesehatan yang mereka dapat adalah 96,56. Sementara itu, di peringkat kedua ada Italia. Walaupun masih merupakan negara paling sehat, namun Italia turun peringkat setelah sebelumnya menjadi nomor satu di 2017.

Sementara itu di tempat ketiga ada Islandia, disusul Jepang sebagai negara tersehat di Asia. Di tempat kelima dan keenam secara berurutan, ada Swiss dan Swedia. Dua negara tetangga Indonesia berada di peringkat tujuh dan delapan, yaitu Australia dan Singapura. Di tempat ke sembilan dan ke sepuluh ditempati Norwegia dan Israel.

Dalam daftar selanjutnya dari peringkat sebelas hingga dua puluh secara berturut-turut, negara yang masuk dalam 20 negara tersehat adalah: Luksemburg, Perancis, Austria, Finlandia, Belanda, Kanada, Korea Selatan, Selandia Baru, Britania Raya, dan Irlandia.

Indeks tersebut dinilai berdasarkan beberapa variabel. Beberapa di antaranya adalah harapan hidup, risiko penggunaan tembakau dan juga obesitas. Selain itu, faktor lain seperti lingkungan, akses air bersih, dan sanitasi juga diperhitungkan.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

2 dari 3 halaman

Alasan Spanyol jadi negara tersehat

Cegah Demensia dengan Diet Mediterania

Spanyol memang memiliki harapan hidup tertinggi di antara negara-negara Uni Eropa. Data University of Washington’s Institute for Health Metrics and Evaluation memperkirakan, negara tersebut akan memiliki harapan hidup tertinggi di 2040, mencapai 86 tahun dan menyusul Jepang.

"Perawatan primer pada dasarnya disediakan oleh penyedia layanan publik, mulai dari dokter keluarga khusus dan staf perawat, yang memberikan layanan pencegahan kepada anak-anak, wanita dan pasien lanjut usia, serta perawatan akut dan kronis," tulis European Observatory on Health Systems and Policies 2018 ketika mengulas tentang kesehatan di Spanyol.

Selain itu, kebiasaan makan seperti diet Mediterania juga diklaim berpengaruh pada tingkat kesehatan masyarakat setempat. Pola makan tersebut dianggap mampu mencegah kasus kardiovaskular daripada diet rendah lemak.

 

Negara tersehat di dunia (Bloomberg)
3 dari 3 halaman

Permasalahan kesehatan masih dihadapi di Indonesia

Anak balita menangis saat ditimbang di Puskesmas, Kaduhejo, Pandeglang (14/9). Dengan puluhan penduduk mengalami gizi kurang, gizi buruk dan beberapa anak sudah divonis stunting, ini menjadi gambaran bagaimana sulitnya mencegah stunting. (Foto:Istimewa)

Indonesia memang tampaknya belum layak untuk dinobatkan sebagai negara tersehat di dunia. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan masih adanya permasalahan seputar kesehatan yang masih harus dihadapi, walaupun di beberapa bagian mengalami perbaikan.

Mengutip laman depkes.go.id, masalah yang mengalami perbaikan antara lain adalah status gizi dan kesehatan ibu. Stunting misalnya, mengalami penurunan dari 2013 sebesar 37,2 persen menjadi 30,8 persen. Sayangnya, angka ini masih jauh dari 20 persen seperti yang ditetapkan WHO. Selain itu, status gizi buruk dan kurang turun dari 19,6 persen menjadi 17,7 persen.

Di sisi lain, angka penyakit tidak menular mengalami kenaikan. Beberapa diantaranya seperti kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi.

Prevalensi kanker naik dari 1,4 persen menjadi 1,8 persen; prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen. Angka ini jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013.

Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya